BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
Pendidikan sejatinya merupakan proses pembentukan moral
masyarakat beradab, masyarakat yang tampil dengan wajah kemanusiaan dan
pemanusiaan yang normal. Artinya, pendidikan yang dimaksudkan di sini lebih
dari sekedar sekolah (education not only education as Schooling)
melainkan pendidikan sebagai jaring-jaring kemasyarakatan (education as
community networks). Pendidikan diharapkan bisa memberikan sebuah
kontribusi positif dalam membentuk manusia yang memiliki keseimbangan antara
kemampuan intelektual dan moralitas. Dengan mensejajarkan dua komponen ini pada
posisi yang tepat, diharapkan bisa mengantarkan kita untuk menemukan jalan yang
lurus, shirat al-mustaqim. Jalan yang akan dapat membuka mata hati dan
kesadaran kemanusiaan kita sebagai anak-anak bangsa. Sehingga krisis yang
hampir saja menghempaskan kita ke jurang kebangkrutan dan kehancuran, dengan
segera dapat dilalui dan cepat berlalu.
Krisis moral yang melanda bangsa ini nampaknya menjadi
sebuah kegelisahan bagi semua kalangan. Bagaimana tidak dari maraknya kasus
korupsi yang tidak pernah surut bahkan mengalami peningkatan dari waktu ke
waktu. Di sisi lain krisis ini menjadi komplek dengan berbagai peristiwa
yang cukup memilukan seperti tawuran pelajar, penyalahgunaan obat terlarang,
pergaulan bebas, aborsi, penganiayaan yang disertai pembunuhan. Fenomena ini
sesungguhnya sangat berseberangan dengan suasana keagamaan dan kepribadian
bangsa Indonesia. Jika krisis ini dibiarkan begitu saja dan berlarut-larut
apalagi dianggap sesuatu yang biasa maka segala kebejatan moralitas akan
menjadi budaya. Sekecil apapun krisis moralitas secara tidak langung akan dapat
merapuhkan nilai-nilai kehidupan berbangsa dan bernegara.
Realitas tersebut mendorong timbulnya berbagai gugatan
terhadap efektifitas pendidikan agama yang selama ini dipandang oleh sebagian
besar masyarakat telah gagal, sebagaimana penilaian Mochtar Buchori yang
dipaparkan dalam artikel Kompas pendidikan, bahwa kegagalan pendidikan agama
ini disebabkan karena praktik pendidikannya hanya memperhatikan aspek kognitif
semata dari pertumbuhan nilai-nilai (agama), dan mengabaikan pembinaan aspek
afektif dan konatif-volitif, yakni kemauan dan tekad untuk mengamalkan
nilai-nilai ajaran agama.
Krisis tersebut bersumber dari krisis moral, akhlak
(karakter) yang secara langsung atau tidak langsung berkaitan dengan
pendidikan. Krisis karakter yang dialami bangsa saat ini disebabkan oleh
kerusakan individu-individu masyarakat yang terjadi secara kolektif sehingga
menjadi budaya. Budaya inilah yang menginternal dalam sanubari masyarakat
Indonesia dan menjadi karakter bangsa. Ironis, pendidikan yang menjadi tujuan
mulia justru menghasilkan output yang tidak diharapkan.
Pendidikan moral menjadi sangat penting bagi teguh dan
kokohnya suatu bangsa. Pendidikan moral adalah suatu proses panjang dalam
rangka mengantarkan manusianya untuk menjadi seorang yang memiliki kekuatan
intelektual dan spiritual sehingga dapat meningkatkan kualitas hidupnya di
segala aspek dan menjalani kehidupan yang bercita-cita dan bertujuan pasti. Hal
ini harus menjadi agenda pokok dalam setiap proses pembangunan bangsa.
Pendidikan moral ini bisa diaplikasikan pada penanaman nilai-nilai agama di
sekolah. Pengembangan nilai-nilai agama dalam komunitas sekolah madrasah sudah
pasti adanya karena madrasah merupakan sekolah tingkat dasar berbasis agama
yang mempunyai kurikulum berdominasi progam-progam keagamaan dibawah naungan
departemen agama yang mempunyai landasan kokoh yang normatif religius dan konstitusional.
Dalam hal ini bukan berarti sekolah dasar berbasis umum dibawah naungan dinas
pendidikan dan kebudayaan tidak menanamkan nilai-nilai agama. Sekolah dasar
berbasis umum lebih menekankan pada aspek ilmu yang bersifat umum tetapi tetap
menanamkan nilai-nilai agama melalui pendidikan agama islam sebagai alat
pembentukan moral.
Pendidikan agama yang syarat dengan pembentukan
nilai-nilai moral (pembentukan afeksi) di sekolah umum, menurut Mochtar Buchori
hanya memperhatikan aspek kognitif semata dari pertumbuhan kesadaran
nilai-nilai (agama), dan mengabaikan pembinaan aspek afektif dan
konatif-volitif, yakni kemauan dan tekad untuk mengamalkan nilai-nilai ajaran
agama.Pengajaran agama yang berorientasi kognitifsemata hanyalah sekedar
pengalihan pengetahuan tentang agama. Pengalihan pengetahuan agama memang dapat
menghasilkan pengetahuan dan ilmu dalam diri orang yang diajar, tetapi
pengetahuan ini belum menjamin pengarahan seseorang untuk hidup sesuai dengan
pengetahuan tersebut. Oleh sebab itu, pengajaran agama menghasilkan pengetahuan
hafalan yang melekat di bibir dan hanya mewarnai kulit, tetapi tidak mampu
mempengaruhi orang yang mempelajarinya.
Melihat fenomena di atas maka solusi yang ditawarkan
adalah pengembangan nilai-nilai religius di lembaga pendidikan. Berdasarkan
studi pendahuluan yang kami lakukan di SDN Grenjeng. SDN Grenjeng merupakan
salah satu sekolah dasar yang menerapkan progam yang mendukung penanaman
nilai-nilai islam, dengan tujuan agar mampu meningkatkan dan memperkokoh nilai
ketauhidan, pengetahuan agama dan pratik keagamaan siswa yang berada
dilingkungan rendah sadar agama. Sehingga pengetahuan agama yang diperoleh di
sekolah tidak hanya dipahami saja sebagai sebuah pengetahuan akan tetapi
bagaimana pengetahuan itu mampu diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Karena
dengan tertanamnya nilai-nilai budaya religius pada diri siswa akan memperkokoh
imannya dan aplikasinya nilai-nilai keislaman tersebut dapat tercipta dari
lingkungan di sekolah. Untuk itu membangun budaya religius sangat penting dan
akan mempengaruhi sikap, sifat dan tindakan siswa secara tidak langsung.
Berdasarkan data yang kami dapat melalui studi pendahuluan, hal ini menarik
untuk ditindaklanjuti.
B.
Pembatasan
Masalah
Penelitian yang dilakukan ini hanya
dibatasi pada hal-hal berikut :
1.
Objek Penilitian :
Objek Penelitian ini adalah peran
kepala sekolah dalam menerapkan nilai-nilai islam pada sekolah dasar umum sebagai
upaya penanaman pembiasaan sikap siswa religius dirumah.
2.
Subjek Penelitian :
Subjek penelitian ini adalah guru,
siswa dan orang tua siswa SDN Grenjeng.
3.
Batasan Informaan :
Batasan informan adalah guru, siswa
dan orang tua siswa SDN Grenjeng.
4.
Batasan Variabel
Batasan variabelnya yaitu program
pembiasaan nilai-nilai islam (BTQ, pembiasaan doa sehari-hari, pembacaan asmaul
husna, sholat duhur berjamaah dan pola hidup bersih) sebagai upaya penanaman
pembiasaan sikap religius di rumah siswa SDN Grenjeng.
5.
Batasan Unit
Batasan Unit Penelitian ini
dibatasai hanya di SDN Grenjeng Kota Cirebon.
C.
Rumusan
Masalah
Bagaimana Peran
kepala sekolah dalam menerapkan program berbasis islam pada sekolah dasar umum sebagai
upaya penanaman pembiasaan sikap religius siswa di rumah ?
D.
Pertanyaan
Penelitian
Dari hasil
rumusan masalah di atas memunculkan beberapa pertanyaan yaitu:
1.
Bagaimana peran kepala sekolah dalam menerapkan
program yang berbasis islam di SDN Grenjeng ?
2.
Bagaimana pelaksanaan program berbasis islam
(BTQ, pembiasaan doa sehari-hari, pembiasaan mengaji, pembacaan asmaul husna,
sholat berjamaah dan pola hidup bersih) di SDN Grenjeng ?
3.
Bagaimana sikap religius siswa dirumah
dalam kehidupan sehari-hari?
E.
Tujuan
Penelitian
1.
Untuk mengetahui peran kepala sekolah
dalam menerapkan program sekolah berbasis islam.
2.
Untuk mengetahui pelaksanaan program
sekolah berbasis islam di SDN Grenjeng.
3.
Untuk mengetahui sikap religius siswa di
rumah dalam kehidupan sehari-hari.
F.
Signifikasi
Penelitian
Signifikasi
merupakan manfaat dari penelitian. Adapun manfaat dari penelitian yang kami
lakukan yaitu dari segi teoritis dan segi praktis.
1.
Manfaat penelitian dari segi teoritis
Hasil penelitian
ini diharapkan dapat menambah wawasan keilmuan bagi kepala sekolah disekolah
dasar umum untuk menanamkan sikap religius siswa lebih mendalam.
2.
Manfaat penelitian dari segi praktek
a. Manfaat
bagi sekolah yaitu diharapkan dapat meningkatkan program sekolah berbasis
islam. Sehingga pendidikan agama bukan hanya sebatas pengetahuan melainkan
dapat di laksanakan dalam kehidupan sehari-hari.
b. Manfaat
bagi siswa yaitu siswa diharapkan dapat memiliki sikap lebih religius melalui
program sekolah berbasis islam.
c. Penelitian
ini juga bermanfaat untuk menambah pengetahuan dan pengalaman bagi kami sebagai
calon seorang guru untuk acuan agar dapat menerapkannya ketika menjadi guru nanti.
G.
Kerangka
Pemikiran
Seperti yang
telah dikemukakan dalam latar belakang bahwa pendidikan sekolah dasar umum
memang menerapkan pendidikan agama yang terdapat dalam mata pelajaran Pendidikan
Agama Islam, yang dalam pelaksanaannya hanya mengutamakan sebatas pengetahuan
saja. Namun yang diharapkan oleh tujuan pendidikan nasional diantaranya adalah
untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, dan mandiri. Disinilah peran seorang kepala sekolah untuk mewujudkan
tujuan pendidikan nasional, yaitu dengan membuat program sekolah yang dapat
menanamkan sikap religius pada siswa agar dapat diterapkan dalam kehidupan
sehari-hari.
Kerangka
pemikiran
BAB II
LANDASAN TEORI
A.
Teori
Variabel
1.
Peran
Kepala Sekolah
a. Pengertian
Peran Kepala Sekolah
Dalam bahasa
Inggris peran (role) berarti tugas (Salim,
2006: 172). Sedangkan dalam kamus besar bahasa Indonesia adalah seperangkat
tingkah yang diharapkan dimiliki oleh orang yang berkedudukan di masyarakat.
Dari pengertian diatas yang dimaksud adalah peran atau tugas kepala sekolah.
Kepala sekolah
terdiri dari kata “kepala dan sekolah”. Kata kepala dapat diartikan “ketua atau
pimpinan” dalam suatu organisasi atau sebuah lembaga, sedang “sekolah” adalah
sebuah lembaga dimana menjadi tempat menerima dan memberi pelajaran (Sumidjo,
2003: 83) .
Secara sederhana
kepala sekolah dapat didefinisikan sebagai seorang tenaga fungsional guru yang
diberi tugas untuk memimpin suatu sekolah dimana diselenggarakan proses belajar
mengajar atau tempat dimana menjadi interaksi atau guru yang memberi pelajaran
dari siswa yang menerima pelajaran. Dengan demikian dapat digambarkan bahwa
peran kepala sekolah adalah tugas seorang tenaga fungsional guru dalam memimpin
sekolah dimana diselenggarakan proses kegiatan pembelajaran sehingga interaksi
anatara guru yang memberi pelajaran dan siswa yang menerima pelajaran.
b. Profesionalisme
Kepala Sekolah
Kepala sekolah
merupakan salah satu komponen pendidikan yang paling berperan dalam
meningkatkan kualitas pendidikan. Seperti diungkapkan Supriadai (2008: 346)
bahwa:
“Erat
hubungannya antara mutu kepala sekolah dengan berbagai aspek kehidupan sekolah
seperti disiplin sekolah, iklim budaya sekolah, dan menurunnya perilaku peserta
didik.” Dalam pada itu kepala sekolah bertanggung jawab atas manajemen
pendidikan secara mikro, yang secara langsung berkaitan dengan proses
pembelajaran disekolah. Sebagaimana dikemukakan dalam pasal 12 ayat 1 PP 28
bahwa: “Kepala sekolah bertanggung jawab atas penyelenggaraan kegiatan
pendidikan, administrasi sekolah, pembinaan tenaga kependidikan lainnya dan pendayagunaan
serta pemeliharaan sarana dan prasarana.” (Mulyasa, 2004: 24-25)
Pidarta
mengemukakan tiga macam keterampilan yang harus dimiliki oleh kepala sekolah
untuk menyukseskan kepemimpinannya. Ketiga keterampilan tersebut adalah
keterampilan konseptual, yaitu keterampilan untuk memahami dan mengoperasikan
organisasi keterampilan manusiawi, yaitu keterampilan untuk bekerjasama,
motivasi dan memimpin, serta keterampilan teknik ialah keterampilan dalam
menggunakan pengetahuan, metode teknik serta perlengkapan untuk menyelesaikan
tugas tertentu. Lebih lanjut dikemukakan bahwa untuk memiliki kemampuan,
terutama keterampilan konsep, para kepala sekolah diharapkan melakukan
kegiatan-kegiatan berikut:
1) Senantiasa
belajar dari pekerjaan sehari-hari terutama dari cara kerja para guru dan
pegawai sekolah lainnya;
2) Melakukan
observasi kegiatan manajemen secara terencana;
3) Membaca
berbagai hal yang berkaitan dengan kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan;
4) Memanfaatkan
hasil-hasil penelitian orang lain;
5) Berpikir
untuk masa yang akan datang; dan
6) Merumuskan
ide-ide yang dapat diuji cobakan. Selain itu kepala sekolah harus dapat
menerapkan gaya kepemimpinan yang efektif sesuai dengan situasi dan kebutuhan
serta motivasi para guru dan pekerja lain.
(Mulyasa, 2004: 126-127).
c. Peran
kepala sekolah
1) Kepala
sekolah sebagai leader
Kepala sekolah
sebagai leader harus mampu memberikan petunjuk dan pengawasan meningkatkan
kemauan tenaga kependidikan, membuka komunikasi dua arah dan mendelgasikan
tugas. Wahdjo Sumijo (2003 : 110) mengemukakan bahwa kepala sekolah sebagai
leader harus memiliki karakter khusus yang mencakup kepribadian, keahlian
dasar, pengalaman dan pengetahuan profesional, serta pengetahuan administrasi
dan pengawasan. Kemampuan yang harus diwujudkan kepala sekolah sebagai leader
dapat dianalisis dari kepribadian, pengetahuan terhadap tenaga kependidikan
visi & misi sekolah, kemampuan mengambil keputusan dan kemampuan
berkomunikasi.
Keperibadian
kepala sekolah akan tercermin dalam sifat-sifat jujur, percaya diri, tenggung jawab,
berani mengambil resiko dan keputusan, berjiwa besar, emosi yang stabil,
teladan.
2) Kepala
sekolah sebagai manajer
Dalam rangka
melakukan peran dan fungsinya sebagai manajer, kepala sekolah harus memiliki
strategi yag tepat untuk memberdayakan tenaga kependidikan melalui kerjasama
atau kooperatif, memberikan kesempatan kepada para tenaga kependidikan untuk
meningkatkan profesinya dan mendorong keterlibatan seluruh tenaga kependidikan
dalam berbagai kegiatan yang menunjang program sekolah.
Sebagai manajer
kepala sekolah harus mau dan mampu mendayagunakan seluruh sumber daya sekolah dalam
rangka mewujudkan visi, misi dan mencapai tujuan. Kepala sekolah harus mau dan
mampu bekerja melalui orang lain (wakil-wakilnya), serta berusaha untuk
senantiasa mempertanggung jawabkan setiap tindakan.
3) Kepala
sekolah sebagai pendidik
Pendidik adalah
orang yang mendidik. Sedang mendidik diartikan memberikan latihan (ajaran,
pimpinan, mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran sehingga pendidikan dapat
diartikan proses perubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang
dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan latihan. Yang
perlu diperhatikan oleh setiap kepala sekolah terhadap perannya sebagai
pendidik, mencakup dua hal pokok, yaitu sasaran atau kepada siapa perilaku
sebagai pendidik itu diarahkan. Sedang yang kedua, yaitu bagaimana peranan
sebagai pendidik itu dilaksankaan.
4) Kepala
sekolah sebagai inovator
Dalam rangka
melakukan peran dan fungsinya sebagai inovator, kepala sekolah harus memiliki
stratergi yang tepat untuk menjalin hubungan yang harmonis dengan lingkungan,
mencari gagasan baru, meintegrasikan setiap kegiatan, dan memberikan teladan
kepada seluruh tenaga kependidikan.
Kepala sekolah
sebagai inovator akan tercermin dari cara-cara ia melakukan pekerjaannya secara
konstruktif, kreatif, delegatif, rasional, dan objektif, pragmatis,
keteladanan, disiplin serta adaptel dan fleksibel.
5) Kepala
sekolah sebagai administrator
Kepala sekolah
sebagai administrator memiliki hubungan yang sangat erat dengan berbagai
aktivitas pengelolaan administrasi yang bersifat pencatatan, penyusunan, dan
pendokumenan seluruh program sekolah. Sebagai administrator sekolah, kepala
sekolah mempunyai tugas dan tanggung jawab melaksanakan fungsi-fungsi
administrasi yang diterapkan ke dalam kegiatan-kegiatan sekolah yang dipimpinnya,
seperti membuat rencana atau program tahunan,
menyusun organisasi sekolah, melaksanakan pengoordinasian dan
pengarahan, dan melaksanakan pengelolaan kepegawaian.
6) Kepala
Sekolah Sebagai Supervisor
Kegiatan utama
pendidikan disekolah dalam rangka mewujudkan tujuannya adalah kegiatan
pembelajaran, sehingga seluruh aktivitas organisasi sekolah bermuara pada
pencapaian efisensi dan efektivitas pembelajaran. Oleh karena itu, salah satu
tugas kepala sekolah adalah sebagai supervisor, yatu mensupervisi pekerjaan
yang dilakukan oleh tenaga kependidikan. Jika supervisi dilaksanakan oleh
kepala sekolah, maka ia harus mampu melakukan berbagai pengawasan dan
pengendalian untuk meningkatkan kinerja tenaga kependidikan. Pengawasan dan
pengendalian ini merupakan kontrol agar kegiatan pendidikan disekolah terarah
pada tujuan yang telah ditetapkan. Pengawasan dan pengendalian juga merupakan
tindakan preventif untuk mencegah agar para tenaga kependidikan tidak melakukan
penyimpangan dan lebih berhati-hati dalam melaksanakan pekerjaaannya. Peranan
supervisor adalah sebagai pembimbing, pengawsan dan pemantauan yang dilakukan
oleh seorang kepala sekolah dalam Peranan supervisor adalah sebagai pembimbing,
pengawsandan pemantauan yang dilakukan oleh seorang kepala sekolah dalam melaksanakan
proses kegiatan belajar mengajar dan kegiatan sekolah menyeluruh.
2.
Program
sekolah berbasis islam
a. Pembelajaran Baca Tulis Qur’an
Baca
tulis Alquran merupakan salah satu mata pelajaran yang masuk dalam kurikulum
muatan lokal, dimana Baca tulis Alquran merupakan usaha secara sadar untuk
menyiapkan peserta didik dalam membaca dan menulis permulaan huruf-huruf
hijaiyah, memahami dan mengamalkan Alquran sebagai kitab suci agamanya (Depag
Jawa Timur, 2002: 63).
Pembelajaran
atau pembinaan baca tulis al-Qur’an adalah kegiatan pembelajaran membaca dan
menulisyang ditekankan pada upaya memahami informasi, tetapi ada pada tahap
menghafalkan, lambang-lambang dan mengadakan pembiasaan dalam melafalkannya
serta cara menuliskannya. Adapun tujuan dari pembinaan dan pembelajaran baca
tulis al-Qur‟an ini adalah agar dapat membaca kata-kata dengan kalimat
sederhana dengan lancar dan tertib serta dapat menulis huruf dan
lambang-lambang arab dengan rapih, lancar dan benar.
Tujuan
pengajaran baca tulis al-Qur’an adalah membina manusia secara pribadi dan
kelompok sehingga mampu membaca dan menulis al-Qur’an serta mampu menjalankan
fungsinya sebagai hamba Allah dan khalifah-Nya guna membangun dunia sesuai
dengan konsep yang ditetapkan oleh al-Qur’an. Tujuan yang akan dicapai dalam
bidang pengajaran Baca Tulis al-Qur’an serta mampu menjalankan fungsinya
sebagai hamba Allah swt, atau sekurang-kurangnya mempersiapkan diri ke jalan
yang mengacu kepada tujuan akhir manusia, yaitu beriman kepada Allah tunduk dan
patuh secara total kepada-Nya.
Aktivitas
belajar al-Qur‟an adalah merupakan aktivitas yang positif yang diberikan
apresiasi luar biasa oleh Rasulullah saw. Dalam hadits Nabi yang berbunyi :
Artinya: Dari Usman bin Affan r.a ia berkata:
bahwa Rasulullah saw bersabda: “sebaik-baik kamu yaitu orang yang mempelajari
al-Qur’an dan mengajarkannya.” (HR. Bukhari).
Menurut
Manna‟ Khalil al-Qattan, Al-Qur‟anul karim adalah mukzizat Islam yang kekal dan
mukjizatnya selalu diperkuat oleh kemajuan ilmu pengetahuan. Ia diturunkan
Allah kepada Rasulullah, Muhammad saw, untuk mengeluarkan manusia dari suasana
yang gelap menuju yang terang, serta membimbing mereka kejalan yang lurus.
Rasulullah saw, menyamoaikan Qur‟an itu kepada para sahabatnya, orang-orang
arab asli, sehingga mereka dapat memahaminya bedasarkan naluri mereka. Apabila
mereka mengalami ketidak jelasan dalammemahami suatu ayat, mereka menanyakan
kepada Rasulullah saw (Qattan, 2013: 1).
Pada
tingkatan yang pertama ini yaitu tingkatan belajar membaca al-Qur’an dengan
baik penekanannya hanya sekedar pandai membaca sesuai dengan ilmu tajwidnya.
Hal ini berlaku pada anak-anak, remaja maupun orang tua, laki-laki maupun
perempuan semuanya berkewajiban mempelajari al-Qur‟an. Sesudah itu berubah
meranjak pada tingkatan yang kedua, yaitu mempelajari arti dan maksud dalam
al-Qur’an.
Menurut
hadits di atas jelas bahwa belajar dan mengajar al-Qur‟an itu sangat utama dan
dikatakan bahwa sebaik-baiknya orang adalah yang mempelajari dan mengajarkan
al-Qur’an. “Barang siapa yang mau mempelajari dan mengajarkan al-Qur’an maka
Allah swt akan memuliakan mereka disisi-Nya”. Ayat-ayat al-Qur’an yang pertama
turun adalah surat al-Alaq ayat 1-5 wahyu yang pertama yang diturunkan adalah
Iqra‟ bismirabbika artinya bacalah dengan menyebut nama tuhanmu, tersurat
disini perintah membaca. Untuk biasa membaca maka harus dilakukan proses
belajar. Meski sekedar membaca aksara (huruf) al-Qur’an saja Allah telah
memberikan apresiasi bacaan seseorang meski masih gagap, tidak fasih, tidak
mahir, diberikan dua nilai pahala oleh Allah Swt.
b. Pembiasaan Do’a Sehari-hari
Metode
pembiasaan merupakan metode yang paling efektif diterapkan dalam proses
menghafal doa harian untuk siswa di Pendidikan Anak Usia Sekolah Dasar. Metode
ini dirasa paling ringan karena tidak ada unsur pemaksaan pada anak, anak di
kenalkan pada satu doa yang kemudian dibaca secara berulang-ulang yang
menjadikan anak terbiasa mendengar sehingga si anak menjadi hafal dengan
sendirinya.
Berkaitan dengan
kebiasaan ini, menurut Ahmad Amin (1998, 21) bahwa suatu perbuatan bila
diulang-ulang sehingga menjadi mudah untuk dikerjakan ini disebut dengan adat
kebiasaan. Dari pengertian tersebut bila dikaitkan dengan pendidikan dapatlah
diambil suatu pelajaran bahwa kebiasaan itu merupakan suatu alat yang baik pula
digunakan untuk mendidik anak, sehingga Islam pun menggunakannya sebagai metode
mendidik.
Pembiasaan
adalah sebuah cara yang dapat dilakukan untuk membiasakan anak-anak untuk
membiasakan anak berfikir, bersikap dan bertindak sesuai dengan tuntunan ajaran
Islam. Metode pembiasaan hendaknya diterapkan pada anak sejak dini sebab ia
memiliki daya ingat yang kuat dan sikap yang belum matang sehingga mudah
mengikuti, meniru, dan membiasakan aktivitasnya dalam kehidupan sehari-hari.
Dengan demikian, metode pembiasaan ini merupakan cara yang efektif dan efisien
dalam menanamkan kompetensi kognitif, afektif, dan psikomotorik anak dengan
sendirinya (Mustakim, 2010: 118).
Dengan metode
pembiasaan, mampu menciptakan suasana religius di sekolah karena
kegiatan-kegiatan keagamaan dan praktik keagamaan yang dilaksanakan secara
terprogram dan rutin (pembiasaan) diharapkan dapat mentransformasikan dan
menginternalisasikan nilai-nilai ajaran agama Islam secara baik kepada siswa.
c. Pembacaan
Asmaul Husna
Dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia Pembacaan berasal dari kata baca atau membaca yang
artinya melihat serta memahami. 1) melihat serta memahami isi dari apa yang
tertulis dengan melisankan atau hanya dalam hati 2) mengeja atau melafalkan apa
yang tertulis 3) mengucapkan apa yang dibaca dan dilihat. Jadi pembacaan merupakan proses, cara,
perbuatan membaca suatu hal-hal yang terlihat dan dapat dibaca.
Berbicara
tentang Asmaul Husna mengundang suatu pendahuluan, yakni dengan mengingatkan
bahwa fitrah insting keberadaan dalam diri setiap insan (Qurais Shihab,
1999:18). Disana tertampung berbagai emosi manusia seperti rasa takut, harap
cemas, cinta, kesehatan, pengagungan, pencucian dan berbagai macam lainnya yang
menghiasi jiwa manusia.
Asmaul Husna
merupakan nama-nama Allah yang terbaik dan Agung. Nama-nama yang sesuai dengan
sifat-sifat Allah. Jumlahnya ada 99 (Sembilan Puluh Sembilan) nama. Asmaul
Husna sangat besar sekali pengaruh dan manfaatnya bagi setiap orang yang
mengamalkannya.
Asmaul Husna
secara bahasa terdiri dari dua suku kata al asma dan al husna. Kata al asma
adalah bentuk jamak dari kata al-ism yang biasa diterjemahkan dengan
"nama" atau assimah yang berarti tanda. Sedangkan al-husna adalah
bentuk muanats atau fminim dari kata ahsan yang berarti terbaik (Qurais Shihab,
1999:36). Jadi Asmaul Husna adalah nama-nama yang baik yang didasarkan pada
sifat-sifat Allah SWT. Namun sifat-sifat tersebut bukanlah sifat yang sama
dengan sifat manusia, karena Allah itu berbeda dan tidak serupa dengan manusia.
(Nasution, 2009:81).
Sesungguhnya
Allah mempunyai 99 nama, yaitu seratus kurang satu. Barang siapa menghafalnya
(menyebut di luar kepala) niscaya ia akan dimasukkan kedalam surga (HR. Imam
Bukhari). Dari pendapat tersebut maka
pembacaan asmaul husna dapat diartikan sebagai rutinitas suatu kegiatan yang
dilakukan oleh seseorang secara tetap dengan tujuan untuk berdo'a memohon
kepada Allah, maka kita akan memperoleh pahala, memperoleh ketenangan,
memperoleh ketentraman kebahagiaan dan kemuliaan, memperoleh maghfirah,
memperoleh kesuksesan, memperoleh pertolongan, terhindar dari musuh, aman dan
selamat, hati menjadi tenang, disenangi oleh banyak orang dan masih banyak lagi
khasiat-khasiat dan fadhillah-fadhillah dari asmaul husna.
d.
Shalat Berjamaah
Shalat jama’ah
ialah shalat bersama, sekurang-kurangnya terdiri dari dua orang, yaitu imam dan
makmum (Rifa’i, 2011: 63). Meskipun demikian, ada pendapat lain yang mengatakan
bahwa Apabila dua orang bersama-sama dan salah seorang diantara mereka
mengikuti yang lain, keduanya dinamakan shalat berjamaah.
Shalat dapat diselenggarakan bersendiri dan dapat
diselenggarakan berjamaah. Sedang shalat berjamaah lebih afdhal, karena
terdapat didalamnya perasaan ukhuwah dan menambah semangat beribadah, dalam
suasana teratur dibawah pimpinan seorang imam. Adapun syarat utama bagi imam
ialah fasih dan baik suaranya dalam pembacaan al-Quran, baik tingkah lakunya
dan ahli ilmu; janganlah diambil sebagai imam orang yang bodoh, lantaran orang
yang bodoh serupa dengan orang yang menggayur air dari laut, tidak mengetahui
lebih atau kurang air itu.
Menurut El-Jazairi (1991:90) Hukum
Shalat
berjamaah
adalah
sunat, dan
wajib
bagi
setiap
mukmin yang tidak
berhalangan
untuk
menghadirinya.
Mengenai
shalat jamaah, para
ahli
hadis
mengikuti
petunjuk-petunjuk yang
ditunjuki oleh al-Quran, As-Sunah
dan
pendapat-pendapat
sahabat, yaitu: Wajib
mengerjakan
shalat
dengan
berjamaah, jika
tidak
udzur. Tidak
wajib, kalau
ada
udzur
(Shiddieqy, 1994:154).
Sebagian ulama ahli fikih berdasarkan dalil-dalil
yang keras
mengatakan, bahwa shalat jamaah itu hukumnya fardhu ‘ain bagi kaum laki-laki. Sebagian mereka mengatakan,
hukumnya
fardhukifayah. Dan menurut mayoritas ulama ahli fikih,
hukumnya
sunnat
muakad, dengan memadukan antara dalil-dalil tersebut dengan dalil-dalil lain yang memperbolehkan seseorang shalat sendirian (Sayyed,
2010:343). Adapun Syarat-syarat berjamaah dapat dikatagorikan menjadi dua; syarat
yang berhubungan
dengan imam dan syarat yang berhubungan dengan ma’mum.Bagian pertama, syarat
yang berhubungan
dengan imam. Seorang imam harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut: Islam, karena itu adalah syarat utama dalam pendekatan diri seseorang hamba kepada Allah; Akil; Baligh, merujuk hadis narasi Ali,
bahwasannya
Nabi
bersabda: “Diangkatlah pena dari tiga orang (perbuatan mereka dicatat sebagai kebaikan maupun keburukkan):
Dari orang gila yang kehilangan control atas akalnya sampai ia sadar, dari orang tidur sampai ia bangun, dan dari anak kecil sampai ia baligh.;
Laki-laki. Imam shalat jamaah harus seorang laki-laki, dan wanitat idak boleh menjadi imam
bagi
laki-laki,; Imam haruslah orang yang mampu membaca
al-Quran dengan
baik. Dengan
bahasa
lain, orang yang tidak ahli membaca al-Quran tidak boleh menjadi imam
orang yang ahli
membaca al-Quran, karena shalat meniscayakan bacaan al-Quran (Aziz,
2010:247).
Bagian kedua,
syarat
mengikuti
jamaah, yaitu yang berhubungan dengan ma’mum
(Kamal, 2007:158).
1) Tidak boleh mendahului imam.
2) Mengetahui gerakan perpindahan imam, dengan melihat, mendengar
atau mengikuti dari jamaah lain.
3) Mengikuti imam, dalam artian bahwa
gerakan ma’mum dalam shalat harus
setelah gerakan imam.
Ma’mum
mengetahui status dan keadaan imam, apakah imamnya termasuk orang yang muqim
(penduduk setempat) atau orang yang musafir.
e. Pola
Hidup Bersih
Kebersihan
adalah upaya manusia untuk memelihara diri dan lingkungannya dari segala yang
kotor dalam mewujudkan dan melestarikan kehidupan yang sehat dan nyaman.
Kebersihan merupakan syarat bagi terwujudnya kesehatan, dan sehat adalah salah
satu faktor yang dapat memberikan kebahagiaan. Sebaliknya kotor juga tidak saja
merusak keindahan tetapi juga menyebabkan timbulnya berbagai penyakit, dan
sakit merupakan salah satu faktor yang mengakibatkan penderitaan.
Hadits
Rasulullah :
نِعْمَتَانِ مَغْبُوْنٌ فِيْھِمَاكَثِيْرٌمِنَ النَّاسِ
الصَّحَّةُ وَالْفَرَاغُ٠ ﴿رواﻩ البخاري
Artinya
“Dua kenikmatan yang banyak manusia
menjadi rugi (karena tidak diperhatikan), yaitu kesehatan dan waktu luang”. (HR. Al-Bukhari).
Kebersihan itu bersumber dari iman
dan merupakan bagian dari iman. Dengan demikian kebersihan dalam islam
mempunyai aspek ibadah dan aspek moral, dan karena itu sering juga dipakai kata
“bersuci” sebagai padan kata “membersihkan/melakukan kebersihan”. Ajaran
kebersihan tidak hanya merupakan slogan atau teori belaka, tetapi harus
dijadikan pola hidup praktis, yang mendidik manusia hidup bersih sepanjang
masa, bahkan dikembangkan dalam hukum islam (Pustaka media syariah, 2015).
Ungkapan “Bersih pangkal sehat”
mengandung arti betapa pentingnya kebersihan bagi kesehatan manusia baik
perorangan, keluarga masyarakat maupun lingkungan. Ungkapan “Kebersihan adalah
sebagian dari iman”, menandakan begitu pentingnya kebersihan menurut islam.
Ajaran kebersihan tidak hanya
merupakan slogan atau teori belaka, tetapi harus dijadikan pola hidup praktis,
yang mendidik manusia hidup bersih sepanjang masa, bahkan dikembangkan dalam
hukum islam.
Dalam agama islam, ajaran tentang
kebersihan menyangkut berbagai hal, antara lain (Maulied, 2013) :
1) Kebersihan Rohani
2) Kebersihan Badan
3) Kebersihan Tempat
4) Kebersihan pakaian
B.
Penelitian
Terdahulu
Peneltian
terdahulu atau bisa disebut juga dengan Telaah pustaka dimaksudkan untuk
menggunakan teori-teori yang relevan
dengan masalah yang
diteliti. Dari segi
ini telaah pustaka
menjadi dasar pemikiran dalam
menyusun peneltian yang kami teliti. Telaah pustaka diperlukan dalam setiap penelitian
karena untuk mencari teori-teori, konsep dan generalisasi yang dapat dijadikan
teori yang dilakukan.
Sebelum membahas
penelitian yang kami lakukan di
SD Negeri Grenjeng terlebih dahulu
kami mencari beberapa pustaka yang mempuyai kaitan dengan judul yang
penulis angkat. Skripsi yang ditulis
oleh Amsir Rubiyono
STAIN Purwokerto (2010) yang
berjudul “Pembiasaan
Perilaku Keberagamaan Pada
Siswa SMP Muhammadiyah 3
Purwokerto” yang membahas tentang kegiatan serta usaha-usaha yang dilakukan
oleh SMP Muhamamdiyah 3 dalam
mengimplementasikan tradisi religius
yang menitikberatkan pada
proses pembelajaran yang terbagi
dalam tiga kegiatan
yaitu kegiatan intrakurikuler yang sudah
ditentukan waktunya yang
telah terprogram dalam
pelaksanaannya yaitu kegiatan tatap muka termasuk kegiatan perbaikan dan
pengayaan, kegiatan ekstrakurikuler yaitu qira’ah dan baca tulis Al-Qur’an bagi
siswa yang berminat, kegiatan kurikuler, yaitu
kegiatan diluar jam
pelajaran biasa yang
terjadwal dan waktu pelaksanaannya disesuaikan dengan situasi dan
kondisi.
Kemudian Skripsi
yang ditulis oleh Drajat Mulyono STAIN Purwokerto (2009) yang berjudul
Implementasi Tradisi Religius
di SMA Muhammadiyah
I Purwokerto yang membahas
tentang upaya guru
dalam implementasi tradisi
religius diantaranya adalah melakukan
pendekatan-pendekatan kepada siswa-siswinya yaitu pendekatan
pengamalan, pendekatan emosional,
pendekatan keteladanan dan
pendekatan individual.
Selain itu juga ada skripsi yang ditulis oleh
Ru’yanti STAIN Purwokerto (2009) yang
berjudul “Pendekatan Pembelajaran
Sentra Ibadah Sebagai Pembentukan Sikap Religius
pada Siswa Usia
Dini di Firdaus
International Prenschool” yang membahas tentang sentra ibadah sebagai
pembentukan sikap religius berhasil
karena tersedianya sarana dan prasarana yang menunjang untuk kegiatan
pembelajaran.
Dari ketiga
skripsi tersebut di atas terdapat persamaan dan perbedaan dengan skripsi yang
penulis angkat. Persamaannya adalah ketiga skripsi tersebut sama-sama membahas
tentang penanaman sikap keberagamaan pada siswa di sekolah. Sedangkan
perbedaannya, skripsi yang ditulisAmsir Rubiyono menitikberatkan pada kegiatan
pembelajaran baik intrakurikuler, ekstrakurikuler maupun kokurikuler, skripsi
yang ditulis Drajat Mulyono membahas upaya guru dalam implementasi tradisi
religius dengan melakukan pendekatan kepada siswa-siswinya, serta skripsi yang
ditulis Ru’yanti membahas tentang keberhasilan dalam pembentukan sikap religius
dengan mengoptimalkan sarana dan prasarana yang tersedia.
Sedangkan
penelitian yang kami lakukan adalah bagaimana peran kepala sekolah dalam
menerapkan program berbasis islam pada sekolah dasar umum sebagai upaya
penanaman pembiasaan sikap religius siswa SDN Grenjeng. Dari penjelasan
tersebut, nyatalah perbedaan antara penelitian yang kami lakukan dengan ketiga
penelitian yang telah dilakukan sebagaimana tersebut di atas.
BAB III
METODE PENELITIAN
A.
Jenis
Penelitian
Sugiyono (2007:
12) membedakan pendekatan penelitian menjadi pendekatan kuantitatif dan
kualitatif. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian kami adalah pendekatan
kualitatif deskriptif. Karena kita hanya menggunakan satu variabel dalam
penelitian, dan data yang diperoleh adalah berupa informasi-informasi dan
pendapat mengenaiprogram berbasis islam pada sekolah dasar umum sebagai upaya
penanaman sikap religius siswa SDN Grenjeng dirumah. Adapun pengertian
penelitian kualitatif menurut Kurniawan (2017) adalah penelitian yang datanya
adalah data kualitatif sehingga analisisnya juga analisis kualitatif atau
penggambaran temuan lapangan yang nutarlistik atau apa adanya sesuai dengan
kondisi lapangan. Penelitian mencari makna dari semua data yang tersedia, dan
penelitian deskriptif adalah suatu penelitian yang dilakukan dengan tujuan
utama untuk memberikan gambaran atau deskripsi tentang suatu keadaan secara
objektif. Jadi dapat disimpulkan bahwa penelitian kualitatif deskriptif adalah
penelitian dengan pencarian data apa adanya atau naturalistik sesuai dengan
kondisi lapangan atau secara objektif yang digambarkan secara mendalam dengan
satu variabel.
B.
Lokasi
Penelitian
Penelitan
mengenai peran kepala sekolah dalam menerapkan program berbasis islam pada sekolah
dasar umum sebagai upaya penanaman pembiasaan sikap religius dirumah ini
peniliti lakukan di SDN Grenjeng yaitu di desa Grenjeng kecamatan Harjamukti
kota Cirebon. Sekolah tersebut kami pilih setelah kami melakukan pertimbangan
dengan melakukan studi pendahuluan sebelumnya. Dengan melakukan studi
pendahuluan terlebih dahulu kami akan mendapatkan gambaran lebih jelas untuk
mendapatkan permasalahan yang terjadi. Untuk alasan lebih jelasnya peneliti memilih
lokasi penelitian ini adalah SDN Grenjeng merupakan salah satu dari sekolah
dasar umum yang menerapakan program sekolah berbasis islam.
Adapun lokasi SDN Grenjeng secara
rinci adalah :
Nama sekolah : SD Negeri Grenjeng
Nomor Statistik Sekolah : 101026302009
NPSN : 20222119
Alamat sekolah : Jln. P. Grenjeng No.
32
Kelurahan : Harjamukti
Kecamatan : Harjamukti
Kota : Cirebon
Provinsi : Jawa Barat
Kode Pos : 45143
.
C.
Jadwal
Penelitian
Jawdal
penelitian yang kami lakukan yaitu pada tanggal :
1.
Sabtu, 4 November 2017
Pada penelitian yang pertama dan
kunjungan kedua ini kami melakukan wawancara dengan Ibu Sugiarti S. Pd selaku
kepala sekolah dan Ibu May selaku guru BTQ dan wawancara dengan beberapa siswa
kelas V. Bahkan kami juga melihat
bagaimana pembelajaran BTQ didalam kelas.
2.
Senin, 13 November 2017
Pada penelitian kedua kami lebih
mendalami penelitian untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan program sekolah
dasar umum berbasis islam ini yaitu dengan melakukan wawancara siswa dengan
lebih intensif.
3.
Sabtu, 26 November 2017
Pada hari sabtu 26 november 2017
ini kami melakukan wawancara dengan orang tua siswa. Kami melakukan wawancara
dengan 5 orang tua siswa SDN Grenjeng. Dan Kami juga mendokumentasi area
sekolah.
4.
Senin, 28 november 2017
Dan pada penelitian ini kami
melakukan wawancara dengn guru lainnya dan melakukan wawancara kembali dengan
orang tua siswa.
D.
Populasi
Sampel
1.
Populasi
Populasi adalah
keseluruhan responden yang memiliki sifat umum yang telah di identifikasi. Menurut Suharsimi Arikunto dalam buku Asep
Kurniawan (2017) bahwa populasi adalah kesuluruhan subjek penelitian. Berarti
penelitian yang dilakukan oleh penulis,
populasi penelitiannya adalah seluruh guru, siswa dan orang tua siswa SDN
Grenjeng.
2.
Sampel
Sampel merupakan bagian dari
populasi. Pengambilan sampel itu sangat penting, karena apabila populasi itu
dalam jumlah besar peneliti tidak mungkin meneliti subjek penelitian secara
satu persatu. Karena dengan pengambilan sampel maka akan menghemat waktu dan
biaya. Untuk itulah diperlukan pengambilan sampel. Untuk penelitian ini kami
mengambil sampel :
a. Untuk
mendapatkan data bagaimana sikap siswa dirumah
1) Harfif
Faqih – Ibu suneni
2) Tegar
– Bapa Dedi
3) Nafis – Sumiyati
4) Nisa
Nur A – Ibu Neneng
5) Amel
– Ibu dari amel
b. Untuk
mendapatkan data bagaimana pelaksanaan program sekolah berbasis islam
1) Ibu
Sugiarti, S.Pd (kepala sekolah)
2) Ibu
May (Guru BTQ)
3) Ibu.
Hj. Tuti Ulfiyah (Guru PAI)
4) Tegar
(Siswa)
5) Azka
(siswa)
6) Nayla
(siswa)
7) Amin
(siswa)
8) Nadia
(siswa)
E.
Sumber
Data
Sumber data adalah
sumber dimana data penelitian itu didapatkan. Dan sumber data yang kami dapat
diperoleh melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi. Sumber data yang kami
dapatkan melalui observasi atau pengamatan yakni bertempat di SDN Grenjeng
adapaun sumber data yang kami dapatkan yang peroleh melalui wawancara yaitu
dengan narasumber dari beberapa guru, siswa dan orang tua siswa SDN Grenjeng
dan sumber data yang diperoleh melalui
dokumentasi yaitu dengan memotret area lingkungan sekolah.
F.
Instrumen
Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data
1.
Instrumen Penelitian
Instrumen
penelitian merupakan data yang digunakan untuk memperoleh atau mengumpulkan
data dalam rangka memecahkan masalah penelitian atau mencapai tujuan penelitian
(Kurniawan, 2017: 116). Menurut Sukardi (2011) secara fungsional kegunaan
instrumen penelitian adalah untuk memperoleh data yang diperlukan ketika
peneliti sudah menginjak pada langkah pengumpulan informasi dilapangan.
Adapun instrumen
yang kami gunakan dalam penelitian ini adalah instrumen nontes seperti yang
sudah kami paparkan dalam sumber data yaitu dengan melakukan observasi,
wawancara dan dokumentasi.
2.
Teknik Pengumpulan Data
a.
Observasi Mendalam
Dalam penilitian
ini kami melakukan observasi atau pengamatan yang mendalam. Pengamatan ini
digunakan untuk melihat secara langsung objek penelitian. Pengamatan ini juga
dilakukan untuk melihat bagaimana keadaan sekolah dan bagaimana program sekolah
berbasis islam itu diterapkan
b. Wawancara
mendalam
Wawancara ini
ditujukan kepada semua subjek penelitian yakni para guru, siswa dan orang tua
siswa SDN Grenjeng. Wawancara dilakukan melalui percapakapan secara langsung
dan berkesinambungan dengan semua subjek penelitian. Jenis wawancara yang
digunakan peneliti yaitu wawancara yang mendalam dan menggunakan pedoman wawancara yang telah
tersusun secara sistematis dan lengkap. Penelitian ini menggunakan teknik
wawancara karena lebih fleksibel dan dapat menggali lebih dalam terkait penyelenggaraan atau pelaksanaan program
sekolah berbasis islam.
c. Studi
Dokumentasi
Metode studi
dokumentasi digunakan dengan tujuan untuk mengumpulkan data berupa dokumen baik
berupa foto dokumenter, teks/catatan, dan berkas-berkas lain yang dapat
mendukung pengumpulan data. Data yang dimaksud adalah data yang terkait
mengenai program sekolah dasar umum berbasis islam di SDN Grenjeng.
G.
Validitas
Data Kualitatif
Validasi data
penelitian ini yaitu dilakukan melalui kredibilitas Triangulasi waktu dan
sumber dan melakukan perpanjangan pengamatan agar peniliti dan narasumber
semakin akrab dan semakin terbukti, sehingga tidak ada informasi yang
disembunyikan. Selain itu juga kami
melakukan pengumpulan data dengan waktu yang relatif lama serta strategi
multi metode (kombinasi teknik pengumpulan data dengan wawancara. Observasi dan
dokumentasi.
H.
Analisis
Data
Teknik analisis
data yaitu dengan melakukan Reduksi data, display
data data dan penarikan kesimpulan.
1.
Reduksi Data
Mereduksi data
atau pengumpulan data yang diperoleh dari hasil wawancara dan observasi serta
dokumentasi. Peneliti mereduksi data dengan cara mengelompokkan data sesuai
dengan rumusan masalah yang ada.
2.
Peyajian Data
Kemudian
penjajian data atau display data.
Penyajian data dilakukan dengan cara menguraikan sekaligus membahas hasil
penelitian pada masing-masing permasalahan secara objektif yang disajikan
berupa teks naratif untuk memudahkan peneliti dalam menguasai data tersebut.
3.
Penarikan kesimpulan
Setelah data
disajikan dalam bentuk teks naratif, maka selanjutnya data kualitatif tersebut
ditarik kesimpulan dan verifikasinya. Penarikan kesimpulan dilakukan dengan
cara melihat kembali reduksi data dan penyajian data sehingga kesimpulan yang
diambil tidak menyimpang dari data yang dianalisis.
BAB IV
TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A.
Temuan
1.
Peran kepala sekolah dalam menjalankan
program sekolah berbasis islam di SDN Grenjeng
Dalam penelitian
yang kami lakukan, kami mendapatkan data melalui wawancara bahwa program
sekolah berbasis islam di SDN Grenjeng sudah berjalan selama satu tahun yang
dibuat oleh kepala sekolah. Kepala sekolah menerapkan Program berbasis islam
yang terdiri dari pembelajaran BTQ, pembacaaan doa sehari-hari, pembacaan
asmaul husna di setiap pagi sebelum melaksanakan pembelajaran, sholat berjamaah
dan pola hidup bersih. Penerapan program berbasis islam sudah terlihat dari
adanya pemasangan bingkai yang bertuliskan asmaul husna di setiap lorong
sekolah, gambar-gambar bertuliskan kata-kata bernilai islam seperti “kebersihan
sebagian dari iman”, “tiada kata seindah do’a”, “dengan agama hidup menjadi
terarah”, hadits tentang menuntut ilmu,
dan poster-poster panduan melakukkan kegiatan dalam kehidupan sehari-hari
sesuai dengan ajaran islam dan lain sebagainya. Terlihat juga kebersihan
lingkungan sekolah, kamar mandi yang bersih dan adanya jadwal piket harian yang
diterapkan disetiap kelas.
a. Peran
kepala sekolah sebagai leader
Kepala sekolah
sebagai leader harus mampu memberikan petunjuk dan pengawasan meningkatkan
kemauan tenaga kependidikan, membuka komunikasi dua arah dan mendelgasikan
tugas. Seorang kepala sekolah juga harus mampu menggerakkan anggota orgnisasinya
agar tercapainya sebuah tujuan yang telah direncanakan. Di SDN Grenjeng Ibu Sugiarti selaku kepala
sekolah cukup mampu dalam memimpin sekolah terlihat dari bagaimana beliau mampu
mewujudkan program yang telah direncanakan.
b. Peran
kepala sekolah sebagai manajer
Sebagaimana yang
telah dikemukakan diatas bahwa selain sebagai pemimpin seorang kepala sekolah
juga sebagai seorang manajer yang harus mau dan mampu mendayagunakan seluruh
sumber daya sekolah dalam rangka mewujudkan visi, misi dan mencapai tujuan.
Begitupula di SDN Grenjeng kepala sekolah telah mengatur program-program yang
diberikan pemerintah sekaligus program yang di buat oleh sekolah yaitu program
berbasis islam.
c. Peran
kepala sekolah sebagai pendidik
Yang perlu
diperhatikan oleh setiap kepala sekolah terhadap perannya sebagai pendidik,
mencakup dua hal pokok yaitu sasaran atau kepada siapa perilaku sebagai
pendidik itu diarahkan. Sedangkan yang kedua, yaitu bagaimana peranan sebagai
pendidik itu dilaksankaan. Selain itu hal yang harus diperhatikan oleh kepala
sekolah yakni bukan hanya mendidik di sekolah melainkan mengawasi kegiatan
siswa dirumah dan harus sering berkomunikasi dengan wali murid agar mengetahui sejauh
mana perkembangan siswa. Ibu sugiarti sebagai seorang kepala sekolah sekaligus
sebagai pendidik yang memiliki kewajiban untuk mengunjungi rumah siswa yang
bermasalah dan mengajaknya untuk kembali untuk bersekolah seperti biasanya, dan
selalu menjalin komunikasi dengan orang tua. Sebagai pendidik juga tentunya harus
menanamkan sikap-sikap yang baik, setiap ada siswa yang bermasalah kepala
selalu memberikan nasihat kepada siswa dan memberikan punishmen atau hukuman
yang mendidik kepada siswanya, dan tentunya Ibu sugiarti bisa menjadi tauladan
yang baik.
d. Kepala
sekolah sebagai inovator
Kepala sekolah
sebagai inovator akan tercermin dari cara-cara ia melakukan pekerjaannya secara
konstruktif, kreatif, delegatif, rasional, dan objektif, pragmatis,
keteladanan, disiplin serta adaptel dan fleksibel. Kata Inovasi berbarti ada
sesuatu hal yang baru yang belum pernah ada. Disini kepala sekolah SDN Grenjeng
menciptakan inovasi baru dengan menciptakan program berbasis islam yang
bertujuan untuk menanamkan sikap religius siswa dirumah. Hal ini sangat menarik
karena masih belum banyak dilakukan di sekolah dasar umum pada khususnya.
e. Kepala
sekolah sebagai administrator
Sebagai
administrator sekolah, kepala sekolah mempunyai tugas dan tanggung jawab
melaksanakan fungsi-fungsi administrasi yang diterapkan ke dalam
kegiatan-kegiatan sekolah yang dipimpinnya, seperti membuat rencana atau
program tahunan, menyusun organisasi
sekolah, melaksanakan pengoordinasian dan pengarahan, dan melaksanakan
pengelolaan kepegawaian.
Kepala sekolah
SDN Grenjeng mengadministrasi program berbasis islam, bahkan beliau mempunyai
rencana untuk membuat sertifikat untuk pembelajaran BTQ.
f. Kepala
sekolah sebagai supervisor
Kepala sekolah
sebagai supervisi, maka ia harus mampu melakukan berbagai pengawasan dan
pengendalian untuk meningkatkan kinerja tenaga kependidikan.
Di SDN Grenjeng
kepala sekolah mengawasi pelaksannan program berbasis islam serta menilai
kinerja guru. Kepala sekolah merencanakan penempatan guru yang sesuai dengan
usia dan keterampilan guru.
Dalam
pelaksanaan program berbasis islam, kepala sekolah SDN Grenjeng membuat,
merencanakan, mengorganisasikan, mengadministrasikan dan memantau pelaksanaan
kegiatan bahkan beliau ikut serta dalam melakukan kegiatan tersebut. Selain itu
peran kepala sekolah bertugas mengayomi anggotanya. Seperti yang diutarakan
oleh ibu may selaku guru pembelajaran BTQ bahwa pada saat pembacaan asmaul
husna beliau ikut serta dan yang penulis lihat dilain waktu beliau memberikan
contoh yang baik seperti mengambil sampah yang berserakan dan membuangnya ke
tempat sampah.
2.
Pelaksanaan program sekolah berbasis
islam (BTQ, pembiasaan doa sehari-hari, pembacaan asmaul husna, sholat
berjamaah dan pola hidup bersih) di SDN Grenjeng
Program berbasis
islam merupakan suatu program yang di dalamnya terdapat nilai-nilai islam,
dimana jika program berbasis islam ini terlaksana dengan baik maka akan
berpengaruh terhadap sikap siswa dalam melaksanakan kehidupan sehari-hari
seperti yang dicantumkan dalam tujuan. Bukan hanya kepala sekolah yang berperan
akan tetapi anggota dalam sekolah yaitu guru dan staff juga ikut serta atas himbauan dari kepala sekolah
untuk mendukung keberhasilan program yang direncanakan.
Progam berbasis islam dicanangkan
karena melihat lingkungan sekitar SDN Grenjeng yang kurang sadar agama. Dalam
hal ini ibu Sugiarti selaku kepala sekolah sangat antusias melaksanakan progam
ini. Pelaksanaan program sekolah berbasis islam di SDN Grenjeng untuk
pembelajaran BTQ dilakukan setiap satu minggu sekali sesuai dengan jadwal
pembelajaran di setiap kelas, sekaligus dengan pembacaaan doa sehari-hari.
untuk pelaksanaan sholat duhur berjamaah yaitu dilaksanakan pada hari selasa
sampai hari kamis dan dilakukan secara bergiliran untuk siswa kelas atas yaitu
kelas 4, 5 dan 6. Pada hari jumat dan sabtu tidak dilaksanakan karena pulang
lebih cepat dari hari biasanya atau belum waktu duhur. Pelaksanaan pembacaan
asmaul husna dilakukan setiap hari secara bersama-sama dan dilanjut dengan
membersihkan lingkungan sekolah (setiap siswa mengambil sampah yang terlihat
berserakan).
3.
Sikap religius siswa dirumah dalam
kehidupan sehari-hari
Sikap seseorang
dapat dipengaruhi oleh kebiasaan dan teman terdekatnya, oleh karena itu kepala
sekolah SDN Grenjeng melaksanakan program berbasis islam agar siswa mempunyai akhlakul
karimah, dan mampu menjalankan tugasnya sebagai makhluk ciptaan Allah SWT
sebagaimana manusia diciptakan sebagai khalifah
untuk dapat menjaga bumi dan seiisinya dengan baik bukan malah merusak
sesuai dengan yang terjadi pada saat ini.
Pembiasaan sikap
religius anak yang paling utama dipengaruhi oleh orang tua dirumah, yang kami
temukan berdasarkan interaksi wawancara dengan orang tua siswa SDN Grenjeng
kesadaran beragamanya kurang. Hal ini juga merupakan salah satu latar belakang
dibuatnya progam berbasis islam.
Dalam penelitian
yang penulis lakukan, penulis mendapatkan data melalui wawancara dengan
beberapa orang tua siswa yaitu bapak Dedi ayah dari Tegar siswa kelas 2 SDN
Grenjeng mengutarakan bahwa Tegar selalu antusias untuk mengaji dan
melaksanakan sholat, berdo’a sebelum melakukan kegiatan sehari-hari seperti
makan dan tidur. Ibu Suneni ibu dari Harfif Faqih siswa kelas 3 SDN Grenjeng
mengutarakan bahwa dalam melaksanakan kehidupan sehari-hari Harfif selalu
bersikap sopan dengan selalu berpamitan ketika akan berangkat sekolah tetapi
masih sungkan melakukan sholat. Ibu Sumiyati, ibu dari Nafis siswa kelas 3 SDN
Grenjeng mengutarakan Nafis selalu
antusias mengaji dan selalu bersikap sopan tetapi dalam melaksanakan sholat
masih malas, hal ini dikarenakan lingkungan keluarga yang kurang religius
sehingga berdampak pada sikap siswa. Ibu Neneng, ibu dari Nisa Nur A
mengutarakan bahwa Nisa siswi kelas 5 SDN Grenjeng selalu berdo’a dalam
melakukan kegiatan kehidupan sehari-hari seperti makan, tidur, masuk WC dan
lain-lain, antusias mengaji dan lebih rajin melaksanakan sholat. Ibu dari Amel
siswi kelas 5 SDN Grenjeng, Amel selalu bersikap sopan, lebih antusias mengaji
tetapi dalam pelaksanaan sholat masih belum konsisten.
B.
Pembahasan
Peran kepala
sekolah dalam menerapkan program berbasis islam di sekolah dasar umum sebagai
upaya penanaman pembiasaan sikap religius siswa di rumah
Salah satu acuan
indikator keberhasilan kepala sekolah di ukur dari mutu pendidikan yang ada
disekolah yang dipimpinnya. Sebaliknya juga keberhasilan sekolah ditentukan
keprofesionalan kepala sekolah. Lebih lanjut seperti yang diungkapkan oleh
Supriadi (2008: 346) bahwa “Erat hubungannya antara mutu kepala sekolah dengan
berbagai aspek kehidupan sekolah seperti disiplin sekolah, iklim budaya
sekolah, dan menurunnya perilaku peserta didik.”. Adanya program berbasis islam di SDN Grenjeng
dalam mengupayakan penanaman sikap religius
siswa membuktikan bahwa kepala sekolah sangat memilikki mutu untuk
memajukan sekolah. Selain itu juga kepala sekolah sangat berpengaruh terhadap
pengelolaan pendidikan seperti pengelolaan mutu pendidikan, pengelolaan satuan
unit pendidikan, pengelolaan administrasi, pengelolaan kurikulum, pengelolaan
keungan pengelolaan antara sekolah dengan masyarakat, pengelolaan tenaga
pendidik dan kependidikan dan pengelolaan peserta didik.
Seperti yang
kita ketahui bahwa peran kepala sekolah salah satunya adalah sebagai manajer
yang merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi sebuah program yang ada
disekolah, bukan hanya manajer kepala sekolah juga berperan sebagai pemimpin
yang bertugas memimpin sekolah. Begitupula dalam hal ini, Ibu Sugiarti selaku
kepala sekolah juga merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi program ini.
Progam pertama yang terdapat dalam progam berbasis islam di SDN Grenjeng yaitu
Pembelajaran BTQ, Pembelajaran atau pembinaan baca tulis al-Qur’an adalah
kegiatan pembelajaran membaca dan menulis yang ditekankan pada upaya memahami
informasi, tetapi ada pada tahap menghafalkan, lambang-lambang dan mengadakan
pembiasaan dalam melafalkannya serta cara menuliskannya. Adapun tujuan dari
pembinaan dan pembelajaran baca tulis al-Qur‟an ini adalah agar dapat membaca
kata-kata dengan kalimat sederhana dengan lancar dan tertib serta dapat menulis
huruf dan lambang-lambang arab dengan rapih, lancar dan benar. Selain itu,
bukan hanya untuk menjadikan siswa tahu tetapi dapat menjadikan siswa mengerti
dan memahami konsep-konsep tersebut dan menghubungkan suatu konsep dengan
konsep lain. Dalam hal ini, ibu Sugiarti merencanakan juga adanya sertifikat
dari sekolah bagi siswa yang lulus dalam pembelajaran BTQ.
Dengan adanya
program BTQ diharapkan siswa memiliki kemampuan membaca dan menulis al-Qur’an,
karena menurut penuturan Ibu Sugiarti bahwa di kelas atas masih ada siswa yang
belum bisa memahami huruf hijaiyah dengan benar. Seperti yang dipaparkan dalam
teori menurut Depag Jawa Timur bahwa tujuan pengajaran baca tulis al-Qur’an
adalah membina manusia secara pribadi dan kelompok sehingga mampu membaca dan
menulis al-Qur’an serta mampu menjalankan fungsinya sebagai hamba Allah dan
khalifah-Nya guna membangun dunia sesuai dengan konsep yang ditetapkan oleh
al-Qur’an. Selain itu juga, adanya pembelajaran doa sehari-hari, metode
pembiasaan merupakan metode yang paling efektif diterapkan dalam proses
menghafal doa harian untuk siswa di Pendidikan Anak Usia Sekolah Dasar. Metode
ini dirasa paling ringan karena tidak ada unsur pemaksaan pada anak, anak di
kenalkan pada satu doa yang kemudian dibaca secara berulang-ulang yang
menjadikan anak terbiasa mendengar sehingga si anak menjadi hafal dengan sendirinya.
Berkaitan dengan kebiasaan ini, menurut Ahmad Amin (1998, 21) bahwa suatu
perbuatan bila diulang-ulang sehingga menjadi mudah untuk dikerjakan ini
disebut dengan adat kebiasaan. Dari pengertian tersebut bila dikaitkan dengan
pendidikan dapatlah diambil suatu pelajaran bahwa kebiasaan itu merupakan suatu
alat yang baik pula digunakan untuk mendidik anak, sehingga Islam pun
menggunakannya sebagai metode mendidik. diharapkan dapat diterapkan dalam
kehidupan sehari-hari siswa dirumah karena pada umumnya anak zaman sekarang kurang
membiasakan membaca doa ketika hendak melakukan sesuatu.
Pembiasaan
pembacaan Asmaul Husna dilakukan setiap pagi hari sebelum pembelajaran. Berbicara
tentang Asmaul Husna mengundang suatu pendahuluan, yakni dengan mengingatkan
bahwa fitrah insting keberadaan dalam diri setiap insan (Qurais Shihab,
1999:18). Disana tertampung berbagai emosi manusia seperti rasa takut, harap
cemas, cinta, kesehatan, pengagungan, pencucian dan berbagai macam lainnya yang
menghiasi jiwa manusia. Seperti yang
telah dipaparkan dalam teori yang menafsirkan dari hadist Bukhori Muslim bahwa
pembacaan asmaul husna dapat diartikan sebagai rutinitas suatu kegiatan yang
dilakukan oleh seseorang secara tetap dengan tujuan untuk berdo'a memohon
kepada Allah, maka kita akan memperoleh pahala, memperoleh ketenangan,
memperoleh ketentraman kebahagiaan dan kemuliaan, memperoleh maghfirah,
memperoleh kesuksesan, memperoleh pertolongan, terhindar dari musuh, aman dan
selamat, hati menjadi tenang, disenangi oleh banyak orang dan masih banyak lagi
khasiat-khasiat dan fadhillah-fadhillah dari asmaul husna. Progam pembacaan
Asmaul Husna di SDN Grenjeng diharapkan dapat menanamkan nilai ketauhidan dalam
diri siswa dan menjalankan kehidupan sehari-hari sesuai dengan ajaran islam.
Pembiasaan shalat berjama’ah di SDN Grenjeng dilakukan
dengan tujuan agar siswa dapat melaksanakan shalat tepat waktu dan timbul rasa
persaudaraan yang ingin saling mengenal. Seperti yang telah dipaparkan dalam
teori bahwa dengan adanya sholat berjamaah diharapkan dapat timbulnya perasaan
ukhuwah dan menambah semangat beribadah, dalam suasana teratur dibawah pimpinan
seorang imam. Untuk itu dengan adanya program sholat berjamaah disekolah ini,
sekolah mengupayakan agar siswa dirumah juga dapat memiliki rasa kesaudaraan
bukan hanya dengan keluarganya sendiri melainkan juga dengan orang lain dan
terus melaksanakan sholat berjamaah di rumah.
Progam hidup bersih yang ditanamkan di SDN Grenjeng
bertujuan untuk menciptakan lingkungan bersih dan sehat, kebersihan adalah
upaya manusia untuk memelihara diri dan lingkungannya dari segala yang kotor
dalam mewujudkan dan melestarikan kehidupan yang sehat dan nyaman. Kebersihan
merupakan syarat bagi terwujudnya kesehatan, dan sehat adalah salah satu faktor
yang dapat memberikan kebahagiaan. Sebaliknya kotor juga tidak saja merusak
keindahan tetapi juga menyebabkan timbulnya berbagai penyakit, dan sakit
merupakan salah satu faktor yang mengakibatkan penderitaan. Dalam Pustaka Media
Syariah, ajaran kebersihan tidak hanya merupakan slogan atau teori belaka,
tetapi harus dijadikan pola hidup praktis, yang mendidik manusia hidup bersih
sepanjang masa, bahkan dikembangkan dalam hukum islam, hal itu merupakan dasar
dari tujuan penerapan hidup bersih di SDN Grenjeng yang diwujudkan dengan
adanya jadwal piket rutin disetiap kelas, pembersihan lingkungan setelah
pembacaan Asmaul Husna dan poster-poster himbauan kebersihan disekitar sekolah.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A.
Kesimpulan
Berdasarkan
hasil temuan dari BAB IV, dapat disimpulkan bahwa:
1. Program berbasis islam di SDN Grenjeng
sebagian besar siswa memang sudah menanamkan sikap religius dirumah, meskipun
belum melakukan secara konsisten. Karena hal ini juga disebabkan oleh beberapa
hal seperti lingkungan keluarga yang kurang mendukung atau kurang religius, dan
karakteristik siswa sekolah dasar yang masih suka bermain sehingga malas ketika
melaksanakan kewajiban.
2. Adanya
Progam berbasis islam di SDN Grenjeng merupakan upaya kepala sekolah
yang diwujudkan melalui pembelajaran BTQ, pembiasaan doa sehari-hari, pembacaan
asmaul husna, sholat berjamaah dan pola hidup bersih dalam menanamkan sikap
religius siswa yang tidak diterapkan dirumah dan mulai terhapuskan oleh
perkembangan zaman.
3. Program yang di terapkan juga tidak dapat
dilepaskan dari peran kepala sekolah yang telah merencanakan, melaksanakan dan
mengevaluasi program tersebut. Sebagaimana dari hasil temuan bahwa program
tersebut di cetuskan pada tahun lalu oleh kepala sekolah SDN Grenjeng Ibu
Sugiarti.
B.
Implikasi
Program ini merupakan upaya sekolah dalam mewujudkan tujuan pendidikan
nasional yang menjadikan siswa yang bertaqwa kepada Tuhan yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, dan kreatif, serta
mandiri. Jika sekolah menerapkan program ini maka
siswa akan melakukan hal-hal yang sesuai dengan ajaran agama karena seperti
yang sudah dijelaskan dalam latar belakang, menurut penuturan Moch. Mukhtar
bahwa pendidikan agama disekolah dasar umum hanya sebatas pengatahuan saja
bukan secara praktis dalam kehidupan sehari siswa. Padahal pembelajaran agama
itu sangat penting bagi siswa sekolah dasar sebagai pembentuk karakter yang
dimulai sejak dini. Sebagai contoh siswa tidak diajarkan pola hidup bersih maka
dia akan terbiasa dengan hidup yang tidak bersih dan tidak sehat. Atau dengan
contoh lain seperti tidak diajarkan membaca dan menulis Al-Qur’an dengan baik
maka ketika dewasa dia tidak membaca al-Qur’an karena tidak bisa dan tidak ada
pedoman dalam hidupnya.
C.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian, untuk mengupayakan penanaman pembiasaan
sikap religius siswa SDN Grenjeng dirumah perlu kiranya kami mengajukan
beberapa saran :
1.
Sekolah sebaiknya
lebih meningkatkan program ini. Karena sebagian program seperti jumat bersih
sudah tidak dilaksanakan selama beberapa bulan terakhir.
2.
Sekolah sebaiknya
mensosialisasikan kepada orang tua siswa agar ikut membantu menanamkan sikap
religius siswa ketika dirumah. Karena untuk mendukung keberhasilan pembentukan
sikap religius siswa.
3.
Siswa
hendaknya menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari agar terbiasa hingga dewasa
nanti.
DAFTAR PUSTAKA
Amin, Ahmad. 1998. Etika
(Ilmu Akhlak). Jakarta : Bulan Bintang.
Aziz, Abdul. 2010.
Fikih Ibadah. Jakarta: Amzah.
El-Jazairi.
1991. Pola Hidup Muslim. Bandung:
Remaja Posda Karya.
Departemen Agama Wilayah Propinsi Jawa Tengah.2002. Garis-Garis Besar Program Pengajaran
Baca Tulis Alquran Sekolah Dasar Jawa Tengah. Semarang : Departemen Agama
Wilayah Propinsi Jawa Tengah.
Kamal, Malik
Abu. 2007. Fiqih Sunah Wanita.
Jakarta: Pena Pundi Aksara.
Mulyasa, E. 2004. Menjadi
Kepala Sekolah Profesional. Bandung: Remaja Rosda Karya
Kurniawan, Asep. 2017. Metodologi Penelitian Pendidikan.
Cirebon: Eduvision
Maulida. 2013. Islam dan Kebersihan Lingkungan.
http://mauliedhamoutz.blogspot.co.id/2013/11/makalah-islam-dan-kebersihan-lingkungan.html.
(diakses 25 November 2017).
Mustakim, Zaenal. 2010. Strategi,
Metode dan Pembelajaran. Pekalongan : STAIN Press Pekalongan
Nasution, Ahmad
Taufiq. 2009. Melatih SQ dengan prinsip
99 Asmaul Husna, Merengkuh Puncak Kebahagiaan dan Kesuksesan Hidup.
Jakarta: Gramedia Pustaka.
Rifa’i,
Muhammad. 2011. Tuntutan Shalat Lengkap.
Semarang: Karya Toko Putra
Salim, Peter.
2006. The contemporary Indonesian
Dictionary. Jakarta: Modern English Press
Sayyed, Abdul Wahab. 2010. Fiqih Ibadah. Jakarta: Amzah.
Shiddieqy,
Ash Hasbi. 1994. Kuliah Ibadah.
Jakarta: Bulan Bintang.
Shihab, Muhammad
Quraish. 1998. Menyikapi Tabir Illahi
Asmaul Husna dalam prespektif Al-Qur’an. Jakarta: Lentera Hati.
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan.
Bandung: Alfabeta
Sukardi. 2011. Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Praktiknya. Jakarta: PT.
Bumi Aksara
Sumidjo, Wahyo. 2003. Kepemimpinan Kepala Sekolah. Jakarta:
Raja Grafindo Persada.
Qattan, Manna’
Khalil, Studi Ilmu-Ilmu Al-Qur’an, Bogor : Pustaka Litera AntarNusa,
Cet. 16, 2013.
LAMPIRAN
A.
Profil Sekolah
1. Nama
Sekolah : SD Negeri Grenjeng
2. Nomor
Statistik Sekolah :
101026302009
3. NPSN :
20222119
4. Alamat
Sekolah : Jl.
P. Grenjeng No. 32
5. Kelurahan :
Harjamukti
6. Kecamatan
:
Harjamukti
7. Kota
:
Cirebon
8. Provinsi : Jawa
Barat
9. E-mail
:
sugiartispd42@gmail.com
10. Kode
pos :
45143
11. Status
Sekolah :
Negeri
12. Tahun
Berdiri Sekolah :1975
13. Surat
Keputusan/ SK : Nomor
146/ Prp / 1975 Tanggal 29
Oktober 1975 Tentang Pengesahan SDN Grenjeng.
14. Penerbit
SK :
Dinas Pendidikan dan Kebudayaan
Propinsi Daerah TK. I Jawa Barat
15. Kegiatan
Belajar Mengajar : Masuk Pagi
16. Bangunan
Sekolah : Milik
Sendiri
17. Lokasi
Sekolah :
1674 M2
18. Jarak
ke Pusat Kecamatan :
± 5 Km
B.
Dokumentasi
Bingkai doa
sehari-hari Bingkai asmaul husna
disepanjang
lorong sekolah
Di dalam ruang kelas Halaman sekolah yang bersih
Wawancara dengan orang
tua siswa Wawancara dengan orang tua siswa
Wawancara dengan siswa
wawancara dengan siswa
Wawancara dengan siswa wawancara
dengan kepala sekolah
Buku BTQ siswa Proses
pembelajaran BTQ