Kamis, 05 Januari 2023



BAB I
PENDAHULUAN


A.           Latar Belakang Masalah
Pendidikan sejatinya merupakan proses pembentukan moral masyarakat beradab, masyarakat yang tampil dengan wajah kemanusiaan dan pemanusiaan yang normal. Artinya, pendidikan yang dimaksudkan di sini lebih dari sekedar sekolah (education not only education as Schooling) melainkan pendidikan sebagai jaring-jaring kemasyarakatan (education as community networks). Pendidikan diharapkan bisa memberikan sebuah kontribusi positif dalam membentuk manusia yang memiliki keseimbangan antara kemampuan intelektual dan moralitas. Dengan mensejajarkan dua komponen ini pada posisi yang tepat, diharapkan bisa mengantarkan kita untuk menemukan jalan yang lurus, shirat al-mustaqim. Jalan yang akan dapat membuka mata hati dan kesadaran kemanusiaan kita sebagai  anak-anak bangsa. Sehingga krisis yang hampir saja menghempaskan kita ke jurang kebangkrutan dan kehancuran, dengan segera dapat dilalui dan cepat berlalu.
Krisis moral yang melanda bangsa ini nampaknya menjadi sebuah kegelisahan bagi semua kalangan. Bagaimana tidak dari maraknya kasus korupsi yang tidak pernah surut bahkan mengalami peningkatan dari waktu ke waktu. Di sisi lain krisis ini  menjadi komplek dengan berbagai peristiwa yang cukup memilukan seperti tawuran pelajar, penyalahgunaan obat terlarang, pergaulan bebas, aborsi, penganiayaan yang disertai pembunuhan. Fenomena ini sesungguhnya sangat berseberangan dengan suasana keagamaan dan kepribadian bangsa Indonesia. Jika krisis ini dibiarkan begitu saja dan berlarut-larut apalagi dianggap sesuatu yang biasa maka segala kebejatan moralitas akan menjadi budaya. Sekecil apapun krisis moralitas secara tidak langung akan dapat merapuhkan nilai-nilai kehidupan berbangsa dan bernegara.
Realitas tersebut mendorong timbulnya berbagai gugatan terhadap efektifitas pendidikan agama yang selama ini dipandang oleh sebagian besar masyarakat telah gagal, sebagaimana penilaian Mochtar Buchori yang dipaparkan dalam artikel Kompas pendidikan, bahwa kegagalan pendidikan agama ini disebabkan karena praktik pendidikannya hanya memperhatikan aspek kognitif semata dari pertumbuhan nilai-nilai (agama), dan mengabaikan pembinaan aspek afektif dan konatif-volitif, yakni kemauan dan tekad untuk mengamalkan nilai-nilai ajaran agama.
Krisis tersebut bersumber dari krisis moral, akhlak (karakter) yang secara langsung atau tidak langsung berkaitan dengan pendidikan. Krisis karakter yang dialami bangsa saat ini  disebabkan oleh kerusakan individu-individu masyarakat yang terjadi secara kolektif sehingga menjadi budaya. Budaya inilah yang menginternal dalam sanubari masyarakat Indonesia dan menjadi karakter bangsa. Ironis, pendidikan yang menjadi tujuan mulia justru menghasilkan output yang tidak diharapkan.
Pendidikan moral menjadi sangat penting bagi teguh dan kokohnya suatu bangsa. Pendidikan moral adalah suatu proses panjang dalam rangka mengantarkan manusianya untuk menjadi seorang yang memiliki kekuatan intelektual dan spiritual sehingga dapat meningkatkan kualitas hidupnya di segala aspek dan menjalani kehidupan yang bercita-cita dan bertujuan pasti. Hal ini harus menjadi agenda pokok dalam setiap proses pembangunan bangsa. Pendidikan moral ini bisa diaplikasikan pada penanaman nilai-nilai agama di sekolah. Pengembangan nilai-nilai agama dalam komunitas sekolah madrasah sudah pasti adanya karena madrasah merupakan sekolah tingkat dasar berbasis agama yang mempunyai kurikulum berdominasi progam-progam keagamaan dibawah naungan departemen agama yang mempunyai landasan kokoh yang normatif religius dan konstitusional. Dalam hal ini bukan berarti sekolah dasar berbasis umum dibawah naungan dinas pendidikan dan kebudayaan tidak menanamkan nilai-nilai agama. Sekolah dasar berbasis umum lebih menekankan pada aspek ilmu yang bersifat umum tetapi tetap menanamkan nilai-nilai agama melalui pendidikan agama islam sebagai alat pembentukan moral.
Pendidikan agama yang syarat dengan pembentukan nilai-nilai moral (pembentukan afeksi) di sekolah umum, menurut Mochtar Buchori hanya memperhatikan aspek kognitif semata dari pertumbuhan kesadaran nilai-nilai (agama), dan mengabaikan pembinaan aspek afektif dan konatif-volitif, yakni kemauan dan tekad untuk mengamalkan nilai-nilai ajaran agama.Pengajaran agama yang berorientasi kognitifsemata hanyalah sekedar pengalihan pengetahuan tentang agama. Pengalihan pengetahuan agama memang dapat menghasilkan pengetahuan dan ilmu dalam diri orang yang diajar, tetapi pengetahuan ini belum menjamin pengarahan seseorang untuk hidup sesuai dengan pengetahuan tersebut. Oleh sebab itu, pengajaran agama menghasilkan pengetahuan hafalan yang melekat di bibir dan hanya mewarnai kulit, tetapi tidak mampu mempengaruhi orang yang mempelajarinya.
Melihat fenomena di atas maka solusi yang ditawarkan adalah pengembangan nilai-nilai religius di lembaga pendidikan. Berdasarkan studi pendahuluan yang kami lakukan di SDN Grenjeng. SDN Grenjeng merupakan salah satu sekolah dasar yang menerapkan progam yang mendukung penanaman nilai-nilai islam, dengan tujuan agar mampu meningkatkan dan memperkokoh nilai ketauhidan, pengetahuan agama dan pratik keagamaan siswa yang berada dilingkungan rendah sadar agama. Sehingga pengetahuan agama yang diperoleh di sekolah tidak hanya dipahami saja sebagai sebuah pengetahuan akan tetapi bagaimana pengetahuan itu mampu diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Karena dengan tertanamnya nilai-nilai budaya religius pada diri siswa akan memperkokoh imannya dan aplikasinya nilai-nilai keislaman tersebut dapat tercipta dari lingkungan di sekolah. Untuk itu membangun budaya religius sangat penting dan akan mempengaruhi sikap, sifat dan tindakan siswa secara tidak langsung. Berdasarkan data yang kami dapat melalui studi pendahuluan, hal ini menarik untuk ditindaklanjuti.



B.            Pembatasan Masalah
Penelitian yang dilakukan ini hanya dibatasi pada hal-hal berikut :
1.             Objek Penilitian :
Objek Penelitian ini adalah peran kepala sekolah dalam menerapkan nilai-nilai islam pada sekolah dasar umum sebagai upaya penanaman pembiasaan sikap siswa religius dirumah.
2.             Subjek Penelitian :
Subjek penelitian ini adalah guru, siswa dan orang tua siswa SDN Grenjeng.
3.             Batasan Informaan :
Batasan informan adalah guru, siswa dan orang tua siswa SDN Grenjeng.
4.             Batasan Variabel
Batasan variabelnya yaitu program pembiasaan nilai-nilai islam (BTQ, pembiasaan doa sehari-hari, pembacaan asmaul husna, sholat duhur berjamaah dan pola hidup bersih) sebagai upaya penanaman pembiasaan sikap religius di rumah siswa SDN Grenjeng.
5.             Batasan Unit
Batasan Unit Penelitian ini dibatasai hanya di SDN Grenjeng Kota Cirebon.

C.           Rumusan Masalah
Bagaimana Peran kepala sekolah dalam menerapkan program berbasis islam pada sekolah dasar umum sebagai upaya penanaman pembiasaan sikap religius siswa di rumah ?




  
D.           Pertanyaan Penelitian
Dari hasil rumusan masalah di atas memunculkan beberapa pertanyaan yaitu:
1.             Bagaimana peran kepala sekolah dalam menerapkan program yang berbasis islam di SDN Grenjeng ?
2.             Bagaimana pelaksanaan program berbasis islam (BTQ, pembiasaan doa sehari-hari, pembiasaan mengaji, pembacaan asmaul husna, sholat berjamaah dan pola hidup bersih) di SDN Grenjeng ?
3.             Bagaimana sikap religius siswa dirumah dalam kehidupan sehari-hari?

E.            Tujuan Penelitian
1.             Untuk mengetahui peran kepala sekolah dalam menerapkan program sekolah berbasis islam.
2.             Untuk mengetahui pelaksanaan program sekolah berbasis islam di SDN Grenjeng.
3.             Untuk mengetahui sikap religius siswa di rumah dalam kehidupan sehari-hari.

F.            Signifikasi Penelitian
Signifikasi merupakan manfaat dari penelitian. Adapun manfaat dari penelitian yang kami lakukan yaitu dari segi teoritis dan segi praktis.
1.             Manfaat penelitian dari segi teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan keilmuan bagi kepala sekolah disekolah dasar umum untuk menanamkan sikap religius siswa lebih mendalam.
2.             Manfaat penelitian dari segi praktek
a.    Manfaat bagi sekolah yaitu diharapkan dapat meningkatkan program sekolah berbasis islam. Sehingga pendidikan agama bukan hanya sebatas pengetahuan melainkan dapat di laksanakan dalam kehidupan sehari-hari.
b.    Manfaat bagi siswa yaitu siswa diharapkan dapat memiliki sikap lebih religius melalui program sekolah berbasis islam.
c.    Penelitian ini juga bermanfaat untuk menambah pengetahuan dan pengalaman bagi kami sebagai calon seorang guru untuk acuan agar dapat menerapkannya ketika menjadi guru nanti.

G.           Kerangka Pemikiran
Seperti yang telah dikemukakan dalam latar belakang bahwa pendidikan sekolah dasar umum memang menerapkan pendidikan agama yang terdapat dalam mata pelajaran Pendidikan Agama Islam, yang dalam pelaksanaannya hanya mengutamakan sebatas pengetahuan saja. Namun yang diharapkan oleh tujuan pendidikan nasional diantaranya adalah untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, dan mandiri. Disinilah peran seorang kepala sekolah untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional, yaitu dengan membuat program sekolah yang dapat menanamkan sikap religius pada siswa agar dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
















Kerangka pemikiran

 
























                                                                                                





BAB II
LANDASAN TEORI


A.           Teori Variabel
1.             Peran Kepala Sekolah
a.    Pengertian Peran Kepala Sekolah
Dalam bahasa Inggris peran (role) berarti tugas (Salim, 2006: 172). Sedangkan dalam kamus besar bahasa Indonesia adalah seperangkat tingkah yang diharapkan dimiliki oleh orang yang berkedudukan di masyarakat. Dari pengertian diatas yang dimaksud adalah peran atau tugas kepala sekolah.
Kepala sekolah terdiri dari kata “kepala dan sekolah”. Kata kepala dapat diartikan “ketua atau pimpinan” dalam suatu organisasi atau sebuah lembaga, sedang “sekolah” adalah sebuah lembaga dimana menjadi tempat menerima dan memberi pelajaran (Sumidjo, 2003: 83) .
Secara sederhana kepala sekolah dapat didefinisikan sebagai seorang tenaga fungsional guru yang diberi tugas untuk memimpin suatu sekolah dimana diselenggarakan proses belajar mengajar atau tempat dimana menjadi interaksi atau guru yang memberi pelajaran dari siswa yang menerima pelajaran. Dengan demikian dapat digambarkan bahwa peran kepala sekolah adalah tugas seorang tenaga fungsional guru dalam memimpin sekolah dimana diselenggarakan proses kegiatan pembelajaran sehingga interaksi anatara guru yang memberi pelajaran dan siswa yang menerima pelajaran.
b.    Profesionalisme Kepala Sekolah
Kepala sekolah merupakan salah satu komponen pendidikan yang paling berperan dalam meningkatkan kualitas pendidikan. Seperti diungkapkan Supriadai (2008: 346) bahwa:
“Erat hubungannya antara mutu kepala sekolah dengan berbagai aspek kehidupan sekolah seperti disiplin sekolah, iklim budaya sekolah, dan menurunnya perilaku peserta didik.” Dalam pada itu kepala sekolah bertanggung jawab atas manajemen pendidikan secara mikro, yang secara langsung berkaitan dengan proses pembelajaran disekolah. Sebagaimana dikemukakan dalam pasal 12 ayat 1 PP 28 bahwa: “Kepala sekolah bertanggung jawab atas penyelenggaraan kegiatan pendidikan, administrasi sekolah, pembinaan tenaga kependidikan lainnya dan pendayagunaan serta pemeliharaan sarana dan prasarana.” (Mulyasa, 2004: 24-25)
Pidarta mengemukakan tiga macam keterampilan yang harus dimiliki oleh kepala sekolah untuk menyukseskan kepemimpinannya. Ketiga keterampilan tersebut adalah keterampilan konseptual, yaitu keterampilan untuk memahami dan mengoperasikan organisasi keterampilan manusiawi, yaitu keterampilan untuk bekerjasama, motivasi dan memimpin, serta keterampilan teknik ialah keterampilan dalam menggunakan pengetahuan, metode teknik serta perlengkapan untuk menyelesaikan tugas tertentu. Lebih lanjut dikemukakan bahwa untuk memiliki kemampuan, terutama keterampilan konsep, para kepala sekolah diharapkan melakukan kegiatan-kegiatan berikut:
1)   Senantiasa belajar dari pekerjaan sehari-hari terutama dari cara kerja para guru dan pegawai sekolah lainnya;
2)   Melakukan observasi kegiatan manajemen secara terencana;
3)   Membaca berbagai hal yang berkaitan dengan kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan;
4)   Memanfaatkan hasil-hasil penelitian orang lain;
5)   Berpikir untuk masa yang akan datang; dan
6)   Merumuskan ide-ide yang dapat diuji cobakan. Selain itu kepala sekolah harus dapat menerapkan gaya kepemimpinan yang efektif sesuai dengan situasi dan kebutuhan serta motivasi para guru dan pekerja lain.  (Mulyasa, 2004: 126-127).
c.    Peran kepala sekolah
1)   Kepala sekolah sebagai leader
Kepala sekolah sebagai leader harus mampu memberikan petunjuk dan pengawasan meningkatkan kemauan tenaga kependidikan, membuka komunikasi dua arah dan mendelgasikan tugas. Wahdjo Sumijo (2003 : 110) mengemukakan bahwa kepala sekolah sebagai leader harus memiliki karakter khusus yang mencakup kepribadian, keahlian dasar, pengalaman dan pengetahuan profesional, serta pengetahuan administrasi dan pengawasan. Kemampuan yang harus diwujudkan kepala sekolah sebagai leader dapat dianalisis dari kepribadian, pengetahuan terhadap tenaga kependidikan visi & misi sekolah, kemampuan mengambil keputusan dan kemampuan berkomunikasi.
Keperibadian kepala sekolah akan tercermin dalam sifat-sifat jujur, percaya diri, tenggung jawab, berani mengambil resiko dan keputusan, berjiwa besar, emosi yang stabil, teladan.
2)   Kepala sekolah sebagai manajer
Dalam rangka melakukan peran dan fungsinya sebagai manajer, kepala sekolah harus memiliki strategi yag tepat untuk memberdayakan tenaga kependidikan melalui kerjasama atau kooperatif, memberikan kesempatan kepada para tenaga kependidikan untuk meningkatkan profesinya dan mendorong keterlibatan seluruh tenaga kependidikan dalam berbagai kegiatan yang menunjang program sekolah.
Sebagai manajer kepala sekolah harus mau dan mampu mendayagunakan seluruh sumber daya sekolah dalam rangka mewujudkan visi, misi dan mencapai tujuan. Kepala sekolah harus mau dan mampu bekerja melalui orang lain (wakil-wakilnya), serta berusaha untuk senantiasa mempertanggung jawabkan setiap tindakan.

3)   Kepala sekolah sebagai pendidik
Pendidik adalah orang yang mendidik. Sedang mendidik diartikan memberikan latihan (ajaran, pimpinan, mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran sehingga pendidikan dapat diartikan proses perubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan latihan. Yang perlu diperhatikan oleh setiap kepala sekolah terhadap perannya sebagai pendidik, mencakup dua hal pokok, yaitu sasaran atau kepada siapa perilaku sebagai pendidik itu diarahkan. Sedang yang kedua, yaitu bagaimana peranan sebagai pendidik itu dilaksankaan.
4)   Kepala sekolah sebagai inovator
Dalam rangka melakukan peran dan fungsinya sebagai inovator, kepala sekolah harus memiliki stratergi yang tepat untuk menjalin hubungan yang harmonis dengan lingkungan, mencari gagasan baru, meintegrasikan setiap kegiatan, dan memberikan teladan kepada seluruh tenaga kependidikan.
Kepala sekolah sebagai inovator akan tercermin dari cara-cara ia melakukan pekerjaannya secara konstruktif, kreatif, delegatif, rasional, dan objektif, pragmatis, keteladanan, disiplin serta adaptel dan fleksibel.
5)   Kepala sekolah sebagai administrator
Kepala sekolah sebagai administrator memiliki hubungan yang sangat erat dengan berbagai aktivitas pengelolaan administrasi yang bersifat pencatatan, penyusunan, dan pendokumenan seluruh program sekolah. Sebagai administrator sekolah, kepala sekolah mempunyai tugas dan tanggung jawab melaksanakan fungsi-fungsi administrasi yang diterapkan ke dalam kegiatan-kegiatan sekolah yang dipimpinnya, seperti membuat rencana atau program tahunan,  menyusun organisasi sekolah, melaksanakan pengoordinasian dan pengarahan, dan melaksanakan pengelolaan kepegawaian.
6)   Kepala Sekolah Sebagai Supervisor
Kegiatan utama pendidikan disekolah dalam rangka mewujudkan tujuannya adalah kegiatan pembelajaran, sehingga seluruh aktivitas organisasi sekolah bermuara pada pencapaian efisensi dan efektivitas pembelajaran. Oleh karena itu, salah satu tugas kepala sekolah adalah sebagai supervisor, yatu mensupervisi pekerjaan yang dilakukan oleh tenaga kependidikan. Jika supervisi dilaksanakan oleh kepala sekolah, maka ia harus mampu melakukan berbagai pengawasan dan pengendalian untuk meningkatkan kinerja tenaga kependidikan. Pengawasan dan pengendalian ini merupakan kontrol agar kegiatan pendidikan disekolah terarah pada tujuan yang telah ditetapkan. Pengawasan dan pengendalian juga merupakan tindakan preventif untuk mencegah agar para tenaga kependidikan tidak melakukan penyimpangan dan lebih berhati-hati dalam melaksanakan pekerjaaannya. Peranan supervisor adalah sebagai pembimbing, pengawsan dan pemantauan yang dilakukan oleh seorang kepala sekolah dalam Peranan supervisor adalah sebagai pembimbing, pengawsandan pemantauan yang dilakukan oleh seorang kepala sekolah dalam melaksanakan proses kegiatan belajar mengajar dan kegiatan sekolah menyeluruh.

2.             Program sekolah berbasis islam
a.    Pembelajaran Baca Tulis Qur’an
Baca tulis Alquran merupakan salah satu mata pelajaran yang masuk dalam kurikulum muatan lokal, dimana Baca tulis Alquran merupakan usaha secara sadar untuk menyiapkan peserta didik dalam membaca dan menulis permulaan huruf-huruf hijaiyah, memahami dan mengamalkan Alquran sebagai kitab suci agamanya (Depag Jawa Timur, 2002: 63).
Pembelajaran atau pembinaan baca tulis al-Qur’an adalah kegiatan pembelajaran membaca dan menulisyang ditekankan pada upaya memahami informasi, tetapi ada pada tahap menghafalkan, lambang-lambang dan mengadakan pembiasaan dalam melafalkannya serta cara menuliskannya. Adapun tujuan dari pembinaan dan pembelajaran baca tulis al-Qur‟an ini adalah agar dapat membaca kata-kata dengan kalimat sederhana dengan lancar dan tertib serta dapat menulis huruf dan lambang-lambang arab dengan rapih, lancar dan benar.
Tujuan pengajaran baca tulis al-Qur’an adalah membina manusia secara pribadi dan kelompok sehingga mampu membaca dan menulis al-Qur’an serta mampu menjalankan fungsinya sebagai hamba Allah dan khalifah-Nya guna membangun dunia sesuai dengan konsep yang ditetapkan oleh al-Qur’an. Tujuan yang akan dicapai dalam bidang pengajaran Baca Tulis al-Qur’an serta mampu menjalankan fungsinya sebagai hamba Allah swt, atau sekurang-kurangnya mempersiapkan diri ke jalan yang mengacu kepada tujuan akhir manusia, yaitu beriman kepada Allah tunduk dan patuh secara total kepada-Nya.
Aktivitas belajar al-Qur‟an adalah merupakan aktivitas yang positif yang diberikan apresiasi luar biasa oleh Rasulullah saw. Dalam hadits Nabi yang berbunyi :


Artinya: Dari Usman bin Affan r.a ia berkata: bahwa Rasulullah saw bersabda: “sebaik-baik kamu yaitu orang yang mempelajari al-Qur’an dan mengajarkannya.” (HR. Bukhari).
Menurut Manna‟ Khalil al-Qattan, Al-Qur‟anul karim adalah mukzizat Islam yang kekal dan mukjizatnya selalu diperkuat oleh kemajuan ilmu pengetahuan. Ia diturunkan Allah kepada Rasulullah, Muhammad saw, untuk mengeluarkan manusia dari suasana yang gelap menuju yang terang, serta membimbing mereka kejalan yang lurus. Rasulullah saw, menyamoaikan Qur‟an itu kepada para sahabatnya, orang-orang arab asli, sehingga mereka dapat memahaminya bedasarkan naluri mereka. Apabila mereka mengalami ketidak jelasan dalammemahami suatu ayat, mereka menanyakan kepada Rasulullah saw (Qattan, 2013: 1).
Pada tingkatan yang pertama ini yaitu tingkatan belajar membaca al-Qur’an dengan baik penekanannya hanya sekedar pandai membaca sesuai dengan ilmu tajwidnya. Hal ini berlaku pada anak-anak, remaja maupun orang tua, laki-laki maupun perempuan semuanya berkewajiban mempelajari al-Qur‟an. Sesudah itu berubah meranjak pada tingkatan yang kedua, yaitu mempelajari arti dan maksud dalam al-Qur’an.
Menurut hadits di atas jelas bahwa belajar dan mengajar al-Qur‟an itu sangat utama dan dikatakan bahwa sebaik-baiknya orang adalah yang mempelajari dan mengajarkan al-Qur’an. “Barang siapa yang mau mempelajari dan mengajarkan al-Qur’an maka Allah swt akan memuliakan mereka disisi-Nya”. Ayat-ayat al-Qur’an yang pertama turun adalah surat al-Alaq ayat 1-5 wahyu yang pertama yang diturunkan adalah Iqra‟ bismirabbika artinya bacalah dengan menyebut nama tuhanmu, tersurat disini perintah membaca. Untuk biasa membaca maka harus dilakukan proses belajar. Meski sekedar membaca aksara (huruf) al-Qur’an saja Allah telah memberikan apresiasi bacaan seseorang meski masih gagap, tidak fasih, tidak mahir, diberikan dua nilai pahala oleh Allah Swt.
b.    Pembiasaan Do’a Sehari-hari
Metode pembiasaan merupakan metode yang paling efektif diterapkan dalam proses menghafal doa harian untuk siswa di Pendidikan Anak Usia Sekolah Dasar. Metode ini dirasa paling ringan karena tidak ada unsur pemaksaan pada anak, anak di kenalkan pada satu doa yang kemudian dibaca secara berulang-ulang yang menjadikan anak terbiasa mendengar sehingga si anak menjadi hafal dengan sendirinya.
Berkaitan dengan kebiasaan ini, menurut Ahmad Amin (1998, 21) bahwa suatu perbuatan bila diulang-ulang sehingga menjadi mudah untuk dikerjakan ini disebut dengan adat kebiasaan. Dari pengertian tersebut bila dikaitkan dengan pendidikan dapatlah diambil suatu pelajaran bahwa kebiasaan itu merupakan suatu alat yang baik pula digunakan untuk mendidik anak, sehingga Islam pun menggunakannya sebagai metode mendidik.
Pembiasaan adalah sebuah cara yang dapat dilakukan untuk membiasakan anak-anak untuk membiasakan anak berfikir, bersikap dan bertindak sesuai dengan tuntunan ajaran Islam. Metode pembiasaan hendaknya diterapkan pada anak sejak dini sebab ia memiliki daya ingat yang kuat dan sikap yang belum matang sehingga mudah mengikuti, meniru, dan membiasakan aktivitasnya dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, metode pembiasaan ini merupakan cara yang efektif dan efisien dalam menanamkan kompetensi kognitif, afektif, dan psikomotorik anak dengan sendirinya (Mustakim, 2010: 118).
Dengan metode pembiasaan, mampu menciptakan suasana religius di sekolah karena kegiatan-kegiatan keagamaan dan praktik keagamaan yang dilaksanakan secara terprogram dan rutin (pembiasaan) diharapkan dapat mentransformasikan dan menginternalisasikan nilai-nilai ajaran agama Islam secara baik kepada siswa.
c.    Pembacaan Asmaul Husna
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Pembacaan berasal dari kata baca atau membaca yang artinya melihat serta memahami. 1) melihat serta memahami isi dari apa yang tertulis dengan melisankan atau hanya dalam hati 2) mengeja atau melafalkan apa yang tertulis 3) mengucapkan apa yang dibaca dan dilihat.  Jadi pembacaan merupakan proses, cara, perbuatan membaca suatu hal-hal yang terlihat dan dapat dibaca.
Berbicara tentang Asmaul Husna mengundang suatu pendahuluan, yakni dengan mengingatkan bahwa fitrah insting keberadaan dalam diri setiap insan (Qurais Shihab, 1999:18). Disana tertampung berbagai emosi manusia seperti rasa takut, harap cemas, cinta, kesehatan, pengagungan, pencucian dan berbagai macam lainnya yang menghiasi jiwa manusia.         
Asmaul Husna merupakan nama-nama Allah yang terbaik dan Agung. Nama-nama yang sesuai dengan sifat-sifat Allah. Jumlahnya ada 99 (Sembilan Puluh Sembilan) nama. Asmaul Husna sangat besar sekali pengaruh dan manfaatnya bagi setiap orang yang mengamalkannya.
Asmaul Husna secara bahasa terdiri dari dua suku kata al asma dan al husna. Kata al asma adalah bentuk jamak dari kata al-ism yang biasa diterjemahkan dengan "nama" atau assimah yang berarti tanda. Sedangkan al-husna adalah bentuk muanats atau fminim dari kata ahsan yang berarti terbaik (Qurais Shihab, 1999:36). Jadi Asmaul Husna adalah nama-nama yang baik yang didasarkan pada sifat-sifat Allah SWT. Namun sifat-sifat tersebut bukanlah sifat yang sama dengan sifat manusia, karena Allah itu berbeda dan tidak serupa dengan manusia. (Nasution, 2009:81).
Sesungguhnya Allah mempunyai 99 nama, yaitu seratus kurang satu. Barang siapa menghafalnya (menyebut di luar kepala) niscaya ia akan dimasukkan kedalam surga (HR. Imam Bukhari).  Dari pendapat tersebut maka pembacaan asmaul husna dapat diartikan sebagai rutinitas suatu kegiatan yang dilakukan oleh seseorang secara tetap dengan tujuan untuk berdo'a memohon kepada Allah, maka kita akan memperoleh pahala, memperoleh ketenangan, memperoleh ketentraman kebahagiaan dan kemuliaan, memperoleh maghfirah, memperoleh kesuksesan, memperoleh pertolongan, terhindar dari musuh, aman dan selamat, hati menjadi tenang, disenangi oleh banyak orang dan masih banyak lagi khasiat-khasiat dan fadhillah-fadhillah dari asmaul husna.
d.   Shalat Berjamaah
Shalat jama’ah ialah shalat bersama, sekurang-kurangnya terdiri dari dua orang, yaitu imam dan makmum (Rifa’i, 2011: 63). Meskipun demikian, ada pendapat lain yang mengatakan bahwa Apabila dua orang bersama-sama dan salah seorang diantara mereka mengikuti yang lain, keduanya dinamakan shalat berjamaah.
Shalat dapat diselenggarakan bersendiri dan dapat diselenggarakan berjamaah. Sedang shalat berjamaah lebih afdhal, karena terdapat didalamnya perasaan ukhuwah dan menambah semangat beribadah, dalam suasana teratur dibawah pimpinan seorang imam. Adapun syarat utama bagi imam ialah fasih dan baik suaranya dalam pembacaan al-Quran, baik tingkah lakunya dan ahli ilmu; janganlah diambil sebagai imam orang yang bodoh, lantaran orang yang bodoh serupa dengan orang yang menggayur air dari laut, tidak mengetahui lebih atau kurang air itu.
Menurut El-Jazairi (1991:90) Hukum Shalat berjamaah adalah sunat, dan wajib bagi setiap mukmin yang tidak berhalangan untuk menghadirinya. Mengenai shalat jamaah, para ahli hadis mengikuti petunjuk-petunjuk yang ditunjuki oleh al-Quran, As-Sunah dan pendapat-pendapat sahabat, yaitu: Wajib mengerjakan shalat dengan berjamaah, jika tidak udzur. Tidak wajib, kalau ada udzur (Shiddieqy, 1994:154).
Sebagian ulama ahli fikih berdasarkan  dalil-dalil yang keras mengatakan, bahwa shalat jamaah itu hukumnya fardhu ‘ain bagi kaum laki-laki. Sebagian mereka mengatakan, hukumnya   fardhukifayah. Dan menurut mayoritas ulama ahli fikih, hukumnya sunnat muakad, dengan memadukan antara dalil-dalil tersebut dengan dalil-dalil lain yang memperbolehkan seseorang shalat sendirian (Sayyed, 2010:343). Adapun Syarat-syarat berjamaah dapat dikatagorikan menjadi dua; syarat yang berhubungan dengan imam dan syarat yang berhubungan dengan ma’mum.Bagian pertama, syarat yang berhubungan dengan imam. Seorang imam harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut: Islam, karena itu adalah syarat utama dalam pendekatan diri seseorang hamba kepada Allah; Akil; Baligh, merujuk hadis narasi Ali, bahwasannya Nabi bersabda: “Diangkatlah pena dari tiga orang (perbuatan mereka dicatat sebagai kebaikan maupun keburukkan): Dari orang gila yang kehilangan control atas akalnya sampai ia sadar, dari orang tidur sampai ia bangun, dan dari anak kecil sampai ia baligh.; Laki-laki. Imam shalat jamaah harus seorang laki-laki, dan wanitat idak boleh menjadi imam bagi laki-laki,; Imam haruslah orang yang mampu membaca al-Quran dengan baik. Dengan bahasa lain, orang yang tidak ahli membaca al-Quran tidak boleh menjadi imam orang yang ahli membaca al-Quran, karena shalat meniscayakan bacaan al-Quran (Aziz, 2010:247).
Bagian kedua, syarat mengikuti jamaah, yaitu yang berhubungan dengan ma’mum (Kamal, 2007:158).
1)   Tidak boleh mendahului imam.
2)   Mengetahui gerakan  perpindahan imam, dengan melihat, mendengar atau mengikuti dari jamaah lain.
3)   Mengikuti imam, dalam artian bahwa gerakan ma’mum dalam shalat  harus setelah gerakan imam.
Ma’mum mengetahui status dan keadaan imam, apakah imamnya termasuk orang yang muqim (penduduk setempat) atau orang yang musafir.
e.       Pola Hidup Bersih
Kebersihan adalah upaya manusia untuk memelihara diri dan lingkungannya dari segala yang kotor dalam mewujudkan dan melestarikan kehidupan yang sehat dan nyaman. Kebersihan merupakan syarat bagi terwujudnya kesehatan, dan sehat adalah salah satu faktor yang dapat memberikan kebahagiaan. Sebaliknya kotor juga tidak saja merusak keindahan tetapi juga menyebabkan timbulnya berbagai penyakit, dan sakit merupakan salah satu faktor yang mengakibatkan penderitaan.
Hadits Rasulullah :
نِعْمَتَانِ مَغْبُوْنٌ فِيْھِمَاكَثِيْرٌمِنَ النَّاسِ الصَّحَّةُ وَالْفَرَاغُ٠ ﴿رواﻩ البخاري
Artinya
Dua kenikmatan yang banyak manusia menjadi rugi (karena tidak diperhatikan), yaitu kesehatan dan waktu luang”. (HR. Al-Bukhari).
Kebersihan itu bersumber dari iman dan merupakan bagian dari iman. Dengan demikian kebersihan dalam islam mempunyai aspek ibadah dan aspek moral, dan karena itu sering juga dipakai kata “bersuci” sebagai padan kata “membersihkan/melakukan kebersihan”. Ajaran kebersihan tidak hanya merupakan slogan atau teori belaka, tetapi harus dijadikan pola hidup praktis, yang mendidik manusia hidup bersih sepanjang masa, bahkan dikembangkan dalam hukum islam (Pustaka media syariah, 2015).
Ungkapan “Bersih pangkal sehat” mengandung arti betapa pentingnya kebersihan bagi kesehatan manusia baik perorangan, keluarga masyarakat maupun lingkungan. Ungkapan “Kebersihan adalah sebagian dari iman”, menandakan begitu pentingnya kebersihan menurut islam.
Ajaran kebersihan tidak hanya merupakan slogan atau teori belaka, tetapi harus dijadikan pola hidup praktis, yang mendidik manusia hidup bersih sepanjang masa, bahkan dikembangkan dalam hukum islam.
Dalam agama islam, ajaran tentang kebersihan menyangkut berbagai hal, antara lain (Maulied, 2013) :
1)      Kebersihan Rohani
2)      Kebersihan Badan
3)      Kebersihan Tempat
4)      Kebersihan pakaian

B.            Penelitian Terdahulu
Peneltian terdahulu atau bisa disebut juga dengan Telaah pustaka dimaksudkan untuk menggunakan teori-teori  yang relevan dengan  masalah   yang   diteliti.  Dari  segi  ini  telaah  pustaka  menjadi  dasar pemikiran   dalam   menyusun   peneltian   yang kami teliti. Telaah   pustaka diperlukan dalam setiap penelitian karena untuk mencari teori-teori, konsep dan generalisasi yang dapat dijadikan teori yang dilakukan.
Sebelum  membahas  penelitian  yang kami lakukan  di  SD  Negeri Grenjeng terlebih  dahulu  kami mencari beberapa pustaka yang mempuyai kaitan dengan judul yang penulis angkat.  Skripsi yang  ditulis  oleh  Amsir  Rubiyono  STAIN  Purwokerto  (2010) yang  berjudul  “Pembiasaan Perilaku    Keberagamaan    Pada    Siswa    SMP Muhammadiyah 3 Purwokerto” yang membahas tentang kegiatan serta usaha-usaha yang dilakukan oleh  SMP Muhamamdiyah 3 dalam mengimplementasikan   tradisi   religius   yang   menitikberatkan   pada   proses pembelajaran  yang  terbagi  dalam  tiga  kegiatan  yaitu  kegiatan  intrakurikuler yang  sudah  ditentukan  waktunya  yang  telah  terprogram  dalam  pelaksanaannya yaitu kegiatan tatap muka termasuk kegiatan perbaikan dan pengayaan, kegiatan ekstrakurikuler yaitu qira’ah dan baca tulis Al-Qur’an bagi siswa yang berminat, kegiatan  kurikuler,  yaitu  kegiatan  diluar  jam  pelajaran  biasa  yang  terjadwal dan waktu pelaksanaannya disesuaikan dengan situasi dan kondisi.
Kemudian Skripsi yang ditulis oleh Drajat Mulyono STAIN Purwokerto (2009) yang berjudul Implementasi  Tradisi  Religius  di  SMA  Muhammadiyah  I  Purwokerto yang   membahas   tentang   upaya   guru   dalam   implementasi   tradisi   religius diantaranya  adalah  melakukan  pendekatan-pendekatan  kepada  siswa-siswinya yaitu  pendekatan  pengamalan,  pendekatan  emosional,  pendekatan  keteladanan dan pendekatan individual.
Selain  itu juga ada skripsi yang ditulis oleh Ru’yanti  STAIN  Purwokerto (2009)  yang  berjudul  “Pendekatan  Pembelajaran  Sentra  Ibadah  Sebagai Pembentukan Sikap  Religius  pada  Siswa  Usia  Dini  di  Firdaus  International Prenschool” yang membahas tentang sentra ibadah sebagai pembentukan  sikap religius berhasil karena tersedianya sarana dan prasarana yang menunjang untuk kegiatan pembelajaran.
Dari ketiga skripsi tersebut di atas terdapat persamaan dan perbedaan dengan skripsi yang penulis angkat. Persamaannya adalah ketiga skripsi tersebut sama-sama membahas tentang penanaman sikap keberagamaan pada siswa di sekolah. Sedangkan perbedaannya, skripsi yang ditulisAmsir Rubiyono menitikberatkan pada kegiatan pembelajaran baik intrakurikuler, ekstrakurikuler maupun kokurikuler, skripsi yang ditulis Drajat Mulyono membahas upaya guru dalam implementasi tradisi religius dengan melakukan pendekatan kepada siswa-siswinya, serta skripsi yang ditulis Ru’yanti membahas tentang keberhasilan dalam pembentukan sikap religius dengan mengoptimalkan sarana dan prasarana yang tersedia.
Sedangkan penelitian yang kami lakukan adalah bagaimana peran kepala sekolah dalam menerapkan program berbasis islam pada sekolah dasar umum sebagai upaya penanaman pembiasaan sikap religius siswa SDN Grenjeng. Dari penjelasan tersebut, nyatalah perbedaan antara penelitian yang kami lakukan dengan ketiga penelitian yang telah dilakukan sebagaimana tersebut di atas.


BAB III
METODE PENELITIAN


A.           Jenis Penelitian
Sugiyono (2007: 12) membedakan pendekatan penelitian menjadi pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian kami adalah pendekatan kualitatif deskriptif. Karena kita hanya menggunakan satu variabel dalam penelitian, dan data yang diperoleh adalah berupa informasi-informasi dan pendapat mengenaiprogram berbasis islam pada sekolah dasar umum sebagai upaya penanaman sikap religius siswa SDN Grenjeng dirumah. Adapun pengertian penelitian kualitatif menurut Kurniawan (2017) adalah penelitian yang datanya adalah data kualitatif sehingga analisisnya juga analisis kualitatif atau penggambaran temuan lapangan yang nutarlistik atau apa adanya sesuai dengan kondisi lapangan. Penelitian mencari makna dari semua data yang tersedia, dan penelitian deskriptif adalah suatu penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk memberikan gambaran atau deskripsi tentang suatu keadaan secara objektif. Jadi dapat disimpulkan bahwa penelitian kualitatif deskriptif adalah penelitian dengan pencarian data apa adanya atau naturalistik sesuai dengan kondisi lapangan atau secara objektif yang digambarkan secara mendalam dengan satu variabel.

B.            Lokasi Penelitian
Penelitan mengenai peran kepala sekolah dalam menerapkan program berbasis islam pada sekolah dasar umum sebagai upaya penanaman pembiasaan sikap religius dirumah ini peniliti lakukan di SDN Grenjeng yaitu di desa Grenjeng kecamatan Harjamukti kota Cirebon. Sekolah tersebut kami pilih setelah kami melakukan pertimbangan dengan melakukan studi pendahuluan sebelumnya. Dengan melakukan studi pendahuluan terlebih dahulu kami akan mendapatkan gambaran lebih jelas untuk mendapatkan permasalahan yang terjadi. Untuk alasan lebih jelasnya peneliti memilih lokasi penelitian ini adalah SDN Grenjeng merupakan salah satu dari sekolah dasar umum yang menerapakan program sekolah berbasis islam.

Adapun lokasi SDN Grenjeng secara rinci adalah :
Nama sekolah                            : SD Negeri Grenjeng
Nomor Statistik Sekolah           : 101026302009
NPSN                                        : 20222119
Alamat sekolah                          : Jln. P. Grenjeng No. 32
Kelurahan                                  : Harjamukti
Kecamatan                                 : Harjamukti
Kota                                           : Cirebon
Provinsi                                      : Jawa Barat
Kode Pos                                   : 45143                       
.

C.           Jadwal Penelitian
Jawdal penelitian yang kami lakukan yaitu pada tanggal :
1.             Sabtu, 4 November 2017
Pada penelitian yang pertama dan kunjungan kedua ini kami melakukan wawancara dengan Ibu Sugiarti S. Pd selaku kepala sekolah dan Ibu May selaku guru BTQ dan wawancara dengan beberapa siswa kelas V.  Bahkan kami juga melihat bagaimana pembelajaran BTQ didalam kelas.
2.             Senin, 13 November 2017
Pada penelitian kedua kami lebih mendalami penelitian untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan program sekolah dasar umum berbasis islam ini yaitu dengan melakukan wawancara siswa dengan lebih intensif.
3.             Sabtu, 26 November 2017
Pada hari sabtu 26 november 2017 ini kami melakukan wawancara dengan orang tua siswa. Kami melakukan wawancara dengan 5 orang tua siswa SDN Grenjeng. Dan Kami juga mendokumentasi area sekolah.
4.             Senin, 28 november 2017
Dan pada penelitian ini kami melakukan wawancara dengn guru lainnya dan melakukan wawancara kembali dengan orang tua siswa.

D.           Populasi Sampel
1.             Populasi
Populasi adalah keseluruhan responden yang memiliki sifat umum yang telah di identifikasi.  Menurut Suharsimi Arikunto dalam buku Asep Kurniawan (2017) bahwa populasi adalah kesuluruhan subjek penelitian. Berarti penelitian yang dilakukan oleh  penulis, populasi penelitiannya adalah seluruh guru, siswa dan orang tua siswa SDN Grenjeng.
2.             Sampel
Sampel merupakan bagian dari populasi. Pengambilan sampel itu sangat penting, karena apabila populasi itu dalam jumlah besar peneliti tidak mungkin meneliti subjek penelitian secara satu persatu. Karena dengan pengambilan sampel maka akan menghemat waktu dan biaya. Untuk itulah diperlukan pengambilan sampel. Untuk penelitian ini kami mengambil sampel :
a.    Untuk mendapatkan data bagaimana sikap siswa dirumah
1)   Harfif Faqih – Ibu suneni
2)   Tegar – Bapa Dedi
3)   Nafis  – Sumiyati
4)   Nisa Nur A – Ibu Neneng
5)   Amel – Ibu dari amel
b.    Untuk mendapatkan data bagaimana pelaksanaan program sekolah berbasis islam
1)      Ibu Sugiarti, S.Pd (kepala sekolah)
2)      Ibu May (Guru BTQ)
3)      Ibu. Hj. Tuti Ulfiyah (Guru PAI)
4)      Tegar (Siswa)
5)      Azka (siswa)
6)      Nayla (siswa)
7)      Amin (siswa)
8)      Nadia (siswa)

E.            Sumber Data
Sumber data adalah sumber dimana data penelitian itu didapatkan. Dan sumber data yang kami dapat diperoleh melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi. Sumber data yang kami dapatkan melalui observasi atau pengamatan yakni bertempat di SDN Grenjeng adapaun sumber data yang kami dapatkan yang peroleh melalui wawancara yaitu dengan narasumber dari beberapa guru, siswa dan orang tua siswa SDN Grenjeng dan sumber data yang diperoleh melalui  dokumentasi yaitu dengan memotret area lingkungan sekolah.

F.            Instrumen Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data
1.             Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian merupakan data yang digunakan untuk memperoleh atau mengumpulkan data dalam rangka memecahkan masalah penelitian atau mencapai tujuan penelitian (Kurniawan, 2017: 116). Menurut Sukardi (2011) secara fungsional kegunaan instrumen penelitian adalah untuk memperoleh data yang diperlukan ketika peneliti sudah menginjak pada langkah pengumpulan informasi dilapangan.
Adapun instrumen yang kami gunakan dalam penelitian ini adalah instrumen nontes seperti yang sudah kami paparkan dalam sumber data yaitu dengan melakukan observasi, wawancara dan dokumentasi.



2.             Teknik Pengumpulan Data
a.    Observasi Mendalam
Dalam penilitian ini kami melakukan observasi atau  pengamatan yang mendalam. Pengamatan ini digunakan untuk melihat secara langsung objek penelitian. Pengamatan ini juga dilakukan untuk melihat bagaimana keadaan sekolah dan bagaimana program sekolah berbasis islam itu diterapkan
b.    Wawancara mendalam
Wawancara ini ditujukan kepada semua subjek penelitian yakni para guru, siswa dan orang tua siswa SDN Grenjeng. Wawancara dilakukan melalui percapakapan secara langsung dan berkesinambungan dengan semua subjek penelitian. Jenis wawancara yang digunakan peneliti yaitu wawancara yang mendalam  dan menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap. Penelitian ini menggunakan teknik wawancara karena lebih fleksibel dan dapat menggali lebih dalam terkait  penyelenggaraan atau pelaksanaan program sekolah berbasis islam.
c.    Studi Dokumentasi
Metode studi dokumentasi digunakan dengan tujuan untuk mengumpulkan data berupa dokumen baik berupa foto dokumenter, teks/catatan, dan berkas-berkas lain yang dapat mendukung pengumpulan data. Data yang dimaksud adalah data yang terkait mengenai program sekolah dasar umum berbasis islam di SDN Grenjeng.

G.           Validitas Data Kualitatif
Validasi data penelitian ini yaitu dilakukan melalui kredibilitas Triangulasi waktu dan sumber dan melakukan perpanjangan pengamatan agar peniliti dan narasumber semakin akrab dan semakin terbukti, sehingga tidak ada informasi yang disembunyikan. Selain itu juga kami  melakukan pengumpulan data dengan waktu yang relatif lama serta strategi multi metode (kombinasi teknik pengumpulan data dengan wawancara. Observasi dan dokumentasi.

H.           Analisis Data
Teknik analisis data yaitu dengan melakukan Reduksi data, display data data dan penarikan kesimpulan.
1.             Reduksi Data
Mereduksi data atau pengumpulan data yang diperoleh dari hasil wawancara dan observasi serta dokumentasi. Peneliti mereduksi data dengan cara mengelompokkan data sesuai dengan rumusan masalah yang ada.
2.             Peyajian Data
Kemudian penjajian data atau display data. Penyajian data dilakukan dengan cara menguraikan sekaligus membahas hasil penelitian pada masing-masing permasalahan secara objektif yang disajikan berupa teks naratif untuk memudahkan peneliti dalam menguasai data tersebut.
3.             Penarikan kesimpulan
Setelah data disajikan dalam bentuk teks naratif, maka selanjutnya data kualitatif tersebut ditarik kesimpulan dan verifikasinya. Penarikan kesimpulan dilakukan dengan cara melihat kembali reduksi data dan penyajian data sehingga kesimpulan yang diambil tidak menyimpang dari data yang dianalisis.









BAB IV
TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A.           Temuan
1.             Peran kepala sekolah dalam menjalankan program sekolah berbasis islam di SDN Grenjeng
Dalam penelitian yang kami lakukan, kami mendapatkan data melalui wawancara bahwa program sekolah berbasis islam di SDN Grenjeng sudah berjalan selama satu tahun yang dibuat oleh kepala sekolah. Kepala sekolah menerapkan Program berbasis islam yang terdiri dari pembelajaran BTQ, pembacaaan doa sehari-hari, pembacaan asmaul husna di setiap pagi sebelum melaksanakan pembelajaran, sholat berjamaah dan pola hidup bersih. Penerapan program berbasis islam sudah terlihat dari adanya pemasangan bingkai yang bertuliskan asmaul husna di setiap lorong sekolah, gambar-gambar bertuliskan kata-kata bernilai islam seperti “kebersihan sebagian dari iman”, “tiada kata seindah do’a”, “dengan agama hidup menjadi terarah”,  hadits tentang menuntut ilmu, dan poster-poster panduan melakukkan kegiatan dalam kehidupan sehari-hari sesuai dengan ajaran islam dan lain sebagainya. Terlihat juga kebersihan lingkungan sekolah, kamar mandi yang bersih dan adanya jadwal piket harian yang diterapkan disetiap kelas.
a.    Peran kepala sekolah sebagai leader
Kepala sekolah sebagai leader harus mampu memberikan petunjuk dan pengawasan meningkatkan kemauan tenaga kependidikan, membuka komunikasi dua arah dan mendelgasikan tugas. Seorang kepala sekolah juga harus mampu menggerakkan anggota orgnisasinya agar tercapainya sebuah tujuan yang telah direncanakan.  Di SDN Grenjeng Ibu Sugiarti selaku kepala sekolah cukup mampu dalam memimpin sekolah terlihat dari bagaimana beliau mampu mewujudkan program yang telah direncanakan.
b.    Peran kepala sekolah sebagai manajer
Sebagaimana yang telah dikemukakan diatas bahwa selain sebagai pemimpin seorang kepala sekolah juga sebagai seorang manajer yang harus mau dan mampu mendayagunakan seluruh sumber daya sekolah dalam rangka mewujudkan visi, misi dan mencapai tujuan. Begitupula di SDN Grenjeng kepala sekolah telah mengatur program-program yang diberikan pemerintah sekaligus program yang di buat oleh sekolah yaitu program berbasis islam.
c.       Peran kepala sekolah sebagai pendidik
Yang perlu diperhatikan oleh setiap kepala sekolah terhadap perannya sebagai pendidik, mencakup dua hal pokok yaitu sasaran atau kepada siapa perilaku sebagai pendidik itu diarahkan. Sedangkan yang kedua, yaitu bagaimana peranan sebagai pendidik itu dilaksankaan. Selain itu hal yang harus diperhatikan oleh kepala sekolah yakni bukan hanya mendidik di sekolah melainkan mengawasi kegiatan siswa dirumah dan harus sering berkomunikasi dengan wali murid agar mengetahui sejauh mana perkembangan siswa. Ibu sugiarti sebagai seorang kepala sekolah sekaligus sebagai pendidik yang memiliki kewajiban untuk mengunjungi rumah siswa yang bermasalah dan mengajaknya untuk kembali untuk bersekolah seperti biasanya, dan selalu menjalin komunikasi dengan orang tua. Sebagai pendidik juga tentunya harus menanamkan sikap-sikap yang baik, setiap ada siswa yang bermasalah kepala selalu memberikan nasihat kepada siswa dan memberikan punishmen atau hukuman yang mendidik kepada siswanya, dan tentunya Ibu sugiarti bisa menjadi tauladan yang baik.
d.      Kepala sekolah sebagai inovator
Kepala sekolah sebagai inovator akan tercermin dari cara-cara ia melakukan pekerjaannya secara konstruktif, kreatif, delegatif, rasional, dan objektif, pragmatis, keteladanan, disiplin serta adaptel dan fleksibel. Kata Inovasi berbarti ada sesuatu hal yang baru yang belum pernah ada. Disini kepala sekolah SDN Grenjeng menciptakan inovasi baru dengan menciptakan program berbasis islam yang bertujuan untuk menanamkan sikap religius siswa dirumah. Hal ini sangat menarik karena masih belum banyak dilakukan di sekolah dasar umum pada khususnya.
e.       Kepala sekolah sebagai administrator
Sebagai administrator sekolah, kepala sekolah mempunyai tugas dan tanggung jawab melaksanakan fungsi-fungsi administrasi yang diterapkan ke dalam kegiatan-kegiatan sekolah yang dipimpinnya, seperti membuat rencana atau program tahunan,  menyusun organisasi sekolah, melaksanakan pengoordinasian dan pengarahan, dan melaksanakan pengelolaan kepegawaian.
Kepala sekolah SDN Grenjeng mengadministrasi program berbasis islam, bahkan beliau mempunyai rencana untuk membuat sertifikat untuk pembelajaran BTQ.
f.       Kepala sekolah sebagai supervisor
Kepala sekolah sebagai supervisi, maka ia harus mampu melakukan berbagai pengawasan dan pengendalian untuk meningkatkan kinerja tenaga kependidikan.
Di SDN Grenjeng kepala sekolah mengawasi pelaksannan program berbasis islam serta menilai kinerja guru. Kepala sekolah merencanakan penempatan guru yang sesuai dengan usia dan keterampilan guru.
Dalam pelaksanaan program berbasis islam, kepala sekolah SDN Grenjeng membuat, merencanakan, mengorganisasikan, mengadministrasikan dan memantau pelaksanaan kegiatan bahkan beliau ikut serta dalam melakukan kegiatan tersebut. Selain itu peran kepala sekolah bertugas mengayomi anggotanya. Seperti yang diutarakan oleh ibu may selaku guru pembelajaran BTQ bahwa pada saat pembacaan asmaul husna beliau ikut serta dan yang penulis lihat dilain waktu beliau memberikan contoh yang baik seperti mengambil sampah yang berserakan dan membuangnya ke tempat sampah.

2.             Pelaksanaan program sekolah berbasis islam (BTQ, pembiasaan doa sehari-hari, pembacaan asmaul husna, sholat berjamaah dan pola hidup bersih) di SDN Grenjeng

Program berbasis islam merupakan suatu program yang di dalamnya terdapat nilai-nilai islam, dimana jika program berbasis islam ini terlaksana dengan baik maka akan berpengaruh terhadap sikap siswa dalam melaksanakan kehidupan sehari-hari seperti yang dicantumkan dalam tujuan. Bukan hanya kepala sekolah yang berperan akan tetapi anggota dalam sekolah yaitu guru dan staff juga  ikut serta atas himbauan dari kepala sekolah untuk mendukung keberhasilan program yang direncanakan.
Progam berbasis islam dicanangkan karena melihat lingkungan sekitar SDN Grenjeng yang kurang sadar agama. Dalam hal ini ibu Sugiarti selaku kepala sekolah sangat antusias melaksanakan progam ini. Pelaksanaan program sekolah berbasis islam di SDN Grenjeng untuk pembelajaran BTQ dilakukan setiap satu minggu sekali sesuai dengan jadwal pembelajaran di setiap kelas, sekaligus dengan pembacaaan doa sehari-hari. untuk pelaksanaan sholat duhur berjamaah yaitu dilaksanakan pada hari selasa sampai hari kamis dan dilakukan secara bergiliran untuk siswa kelas atas yaitu kelas 4, 5 dan 6. Pada hari jumat dan sabtu tidak dilaksanakan karena pulang lebih cepat dari hari biasanya atau belum waktu duhur. Pelaksanaan pembacaan asmaul husna dilakukan setiap hari secara bersama-sama dan dilanjut dengan membersihkan lingkungan sekolah (setiap siswa mengambil sampah yang terlihat berserakan).



3.             Sikap religius siswa dirumah dalam kehidupan sehari-hari
Sikap seseorang dapat dipengaruhi oleh kebiasaan dan teman terdekatnya, oleh karena itu kepala sekolah SDN Grenjeng melaksanakan program berbasis islam agar siswa mempunyai akhlakul karimah, dan mampu menjalankan tugasnya sebagai makhluk ciptaan Allah SWT sebagaimana manusia diciptakan sebagai khalifah  untuk dapat menjaga bumi dan seiisinya dengan baik bukan malah merusak sesuai dengan yang terjadi pada saat ini.
Pembiasaan sikap religius anak yang paling utama dipengaruhi oleh orang tua dirumah, yang kami temukan berdasarkan interaksi wawancara dengan orang tua siswa SDN Grenjeng kesadaran beragamanya kurang. Hal ini juga merupakan salah satu latar belakang dibuatnya progam berbasis islam.
Dalam penelitian yang penulis lakukan, penulis mendapatkan data melalui wawancara dengan beberapa orang tua siswa yaitu bapak Dedi ayah dari Tegar siswa kelas 2 SDN Grenjeng mengutarakan bahwa Tegar selalu antusias untuk mengaji dan melaksanakan sholat, berdo’a sebelum melakukan kegiatan sehari-hari seperti makan dan tidur. Ibu Suneni ibu dari Harfif Faqih siswa kelas 3 SDN Grenjeng mengutarakan bahwa dalam melaksanakan kehidupan sehari-hari Harfif selalu bersikap sopan dengan selalu berpamitan ketika akan berangkat sekolah tetapi masih sungkan melakukan sholat. Ibu Sumiyati, ibu dari Nafis siswa kelas 3 SDN Grenjeng  mengutarakan Nafis selalu antusias mengaji dan selalu bersikap sopan tetapi dalam melaksanakan sholat masih malas, hal ini dikarenakan lingkungan keluarga yang kurang religius sehingga berdampak pada sikap siswa. Ibu Neneng, ibu dari Nisa Nur A mengutarakan bahwa Nisa siswi kelas 5 SDN Grenjeng selalu berdo’a dalam melakukan kegiatan kehidupan sehari-hari seperti makan, tidur, masuk WC dan lain-lain, antusias mengaji dan lebih rajin melaksanakan sholat. Ibu dari Amel siswi kelas 5 SDN Grenjeng, Amel selalu bersikap sopan, lebih antusias mengaji tetapi dalam pelaksanaan sholat masih belum konsisten.


B.            Pembahasan
Peran kepala sekolah dalam menerapkan program berbasis islam di sekolah dasar umum sebagai upaya penanaman pembiasaan sikap religius siswa di rumah

Salah satu acuan indikator keberhasilan kepala sekolah di ukur dari mutu pendidikan yang ada disekolah yang dipimpinnya. Sebaliknya juga keberhasilan sekolah ditentukan keprofesionalan kepala sekolah. Lebih lanjut seperti yang diungkapkan oleh Supriadi (2008: 346) bahwa “Erat hubungannya antara mutu kepala sekolah dengan berbagai aspek kehidupan sekolah seperti disiplin sekolah, iklim budaya sekolah, dan menurunnya perilaku peserta didik.”.  Adanya program berbasis islam di SDN Grenjeng dalam mengupayakan penanaman sikap religius  siswa membuktikan bahwa kepala sekolah sangat memilikki mutu untuk memajukan sekolah. Selain itu juga kepala sekolah sangat berpengaruh terhadap pengelolaan pendidikan seperti pengelolaan mutu pendidikan, pengelolaan satuan unit pendidikan, pengelolaan administrasi, pengelolaan kurikulum, pengelolaan keungan pengelolaan antara sekolah dengan masyarakat, pengelolaan tenaga pendidik dan kependidikan dan pengelolaan peserta didik.
Seperti yang kita ketahui bahwa peran kepala sekolah salah satunya adalah sebagai manajer yang merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi sebuah program yang ada disekolah, bukan hanya manajer kepala sekolah juga berperan sebagai pemimpin yang bertugas memimpin sekolah. Begitupula dalam hal ini, Ibu Sugiarti selaku kepala sekolah juga merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi program ini. Progam pertama yang terdapat dalam progam berbasis islam di SDN Grenjeng yaitu Pembelajaran BTQ, Pembelajaran atau pembinaan baca tulis al-Qur’an adalah kegiatan pembelajaran membaca dan menulis yang ditekankan pada upaya memahami informasi, tetapi ada pada tahap menghafalkan, lambang-lambang dan mengadakan pembiasaan dalam melafalkannya serta cara menuliskannya. Adapun tujuan dari pembinaan dan pembelajaran baca tulis al-Qur‟an ini adalah agar dapat membaca kata-kata dengan kalimat sederhana dengan lancar dan tertib serta dapat menulis huruf dan lambang-lambang arab dengan rapih, lancar dan benar. Selain itu, bukan hanya untuk menjadikan siswa tahu tetapi dapat menjadikan siswa mengerti dan memahami konsep-konsep tersebut dan menghubungkan suatu konsep dengan konsep lain. Dalam hal ini, ibu Sugiarti merencanakan juga adanya sertifikat dari sekolah bagi siswa yang lulus dalam pembelajaran BTQ.
Dengan adanya program BTQ diharapkan siswa memiliki kemampuan membaca dan menulis al-Qur’an, karena menurut penuturan Ibu Sugiarti bahwa di kelas atas masih ada siswa yang belum bisa memahami huruf hijaiyah dengan benar. Seperti yang dipaparkan dalam teori menurut Depag Jawa Timur bahwa tujuan pengajaran baca tulis al-Qur’an adalah membina manusia secara pribadi dan kelompok sehingga mampu membaca dan menulis al-Qur’an serta mampu menjalankan fungsinya sebagai hamba Allah dan khalifah-Nya guna membangun dunia sesuai dengan konsep yang ditetapkan oleh al-Qur’an. Selain itu juga, adanya pembelajaran doa sehari-hari, metode pembiasaan merupakan metode yang paling efektif diterapkan dalam proses menghafal doa harian untuk siswa di Pendidikan Anak Usia Sekolah Dasar. Metode ini dirasa paling ringan karena tidak ada unsur pemaksaan pada anak, anak di kenalkan pada satu doa yang kemudian dibaca secara berulang-ulang yang menjadikan anak terbiasa mendengar sehingga si anak menjadi hafal dengan sendirinya. Berkaitan dengan kebiasaan ini, menurut Ahmad Amin (1998, 21) bahwa suatu perbuatan bila diulang-ulang sehingga menjadi mudah untuk dikerjakan ini disebut dengan adat kebiasaan. Dari pengertian tersebut bila dikaitkan dengan pendidikan dapatlah diambil suatu pelajaran bahwa kebiasaan itu merupakan suatu alat yang baik pula digunakan untuk mendidik anak, sehingga Islam pun menggunakannya sebagai metode mendidik. diharapkan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari siswa dirumah karena pada umumnya anak zaman sekarang kurang membiasakan membaca doa ketika hendak melakukan sesuatu.
Pembiasaan pembacaan Asmaul Husna dilakukan setiap pagi hari sebelum pembelajaran. Berbicara tentang Asmaul Husna mengundang suatu pendahuluan, yakni dengan mengingatkan bahwa fitrah insting keberadaan dalam diri setiap insan (Qurais Shihab, 1999:18). Disana tertampung berbagai emosi manusia seperti rasa takut, harap cemas, cinta, kesehatan, pengagungan, pencucian dan berbagai macam lainnya yang menghiasi jiwa manusia.  Seperti yang telah dipaparkan dalam teori yang menafsirkan dari hadist Bukhori Muslim bahwa pembacaan asmaul husna dapat diartikan sebagai rutinitas suatu kegiatan yang dilakukan oleh seseorang secara tetap dengan tujuan untuk berdo'a memohon kepada Allah, maka kita akan memperoleh pahala, memperoleh ketenangan, memperoleh ketentraman kebahagiaan dan kemuliaan, memperoleh maghfirah, memperoleh kesuksesan, memperoleh pertolongan, terhindar dari musuh, aman dan selamat, hati menjadi tenang, disenangi oleh banyak orang dan masih banyak lagi khasiat-khasiat dan fadhillah-fadhillah dari asmaul husna. Progam pembacaan Asmaul Husna di SDN Grenjeng diharapkan dapat menanamkan nilai ketauhidan dalam diri siswa dan menjalankan kehidupan sehari-hari sesuai dengan ajaran islam.      
Pembiasaan shalat berjama’ah di SDN Grenjeng dilakukan dengan tujuan agar siswa dapat melaksanakan shalat tepat waktu dan timbul rasa persaudaraan yang ingin saling mengenal. Seperti yang telah dipaparkan dalam teori bahwa dengan adanya sholat berjamaah diharapkan dapat timbulnya perasaan ukhuwah dan menambah semangat beribadah, dalam suasana teratur dibawah pimpinan seorang imam. Untuk itu dengan adanya program sholat berjamaah disekolah ini, sekolah mengupayakan agar siswa dirumah juga dapat memiliki rasa kesaudaraan bukan hanya dengan keluarganya sendiri melainkan juga dengan orang lain dan terus melaksanakan sholat berjamaah di rumah.
Progam hidup bersih yang ditanamkan di SDN Grenjeng bertujuan untuk menciptakan lingkungan bersih dan sehat, kebersihan adalah upaya manusia untuk memelihara diri dan lingkungannya dari segala yang kotor dalam mewujudkan dan melestarikan kehidupan yang sehat dan nyaman. Kebersihan merupakan syarat bagi terwujudnya kesehatan, dan sehat adalah salah satu faktor yang dapat memberikan kebahagiaan. Sebaliknya kotor juga tidak saja merusak keindahan tetapi juga menyebabkan timbulnya berbagai penyakit, dan sakit merupakan salah satu faktor yang mengakibatkan penderitaan. Dalam Pustaka Media Syariah, ajaran kebersihan tidak hanya merupakan slogan atau teori belaka, tetapi harus dijadikan pola hidup praktis, yang mendidik manusia hidup bersih sepanjang masa, bahkan dikembangkan dalam hukum islam, hal itu merupakan dasar dari tujuan penerapan hidup bersih di SDN Grenjeng yang diwujudkan dengan adanya jadwal piket rutin disetiap kelas, pembersihan lingkungan setelah pembacaan Asmaul Husna dan poster-poster himbauan kebersihan disekitar sekolah.


















BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN


A.           Kesimpulan
Berdasarkan hasil temuan dari BAB IV, dapat disimpulkan bahwa:
1.      Program berbasis islam di SDN Grenjeng sebagian besar siswa memang sudah menanamkan sikap religius dirumah, meskipun belum melakukan secara konsisten. Karena hal ini juga disebabkan oleh beberapa hal seperti lingkungan keluarga yang kurang mendukung atau kurang religius, dan karakteristik siswa sekolah dasar yang masih suka bermain sehingga malas ketika melaksanakan kewajiban.
2.      Adanya  Progam berbasis islam di SDN Grenjeng merupakan upaya kepala sekolah yang diwujudkan melalui pembelajaran BTQ, pembiasaan doa sehari-hari, pembacaan asmaul husna, sholat berjamaah dan pola hidup bersih dalam menanamkan sikap religius siswa yang tidak diterapkan dirumah dan mulai terhapuskan oleh perkembangan zaman.
3.      Program yang di terapkan juga tidak dapat dilepaskan dari peran kepala sekolah yang telah merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi program tersebut. Sebagaimana dari hasil temuan bahwa program tersebut di cetuskan pada tahun lalu oleh kepala sekolah SDN Grenjeng Ibu Sugiarti.

B.            Implikasi
Program ini merupakan upaya sekolah dalam mewujudkan tujuan pendidikan nasional yang menjadikan siswa yang bertaqwa kepada Tuhan yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, dan kreatif, serta mandiri. Jika sekolah menerapkan program ini maka siswa akan melakukan hal-hal yang sesuai dengan ajaran agama karena seperti yang sudah dijelaskan dalam latar belakang, menurut penuturan Moch. Mukhtar bahwa pendidikan agama disekolah dasar umum hanya sebatas pengatahuan saja bukan secara praktis dalam kehidupan sehari siswa. Padahal pembelajaran agama itu sangat penting bagi siswa sekolah dasar sebagai pembentuk karakter yang dimulai sejak dini. Sebagai contoh siswa tidak diajarkan pola hidup bersih maka dia akan terbiasa dengan hidup yang tidak bersih dan tidak sehat. Atau dengan contoh lain seperti tidak diajarkan membaca dan menulis Al-Qur’an dengan baik maka ketika dewasa dia tidak membaca al-Qur’an karena tidak bisa dan tidak ada pedoman dalam hidupnya.

C.           Saran
Berdasarkan hasil penelitian, untuk mengupayakan penanaman pembiasaan sikap religius siswa SDN Grenjeng dirumah perlu kiranya kami mengajukan beberapa saran :
1.             Sekolah sebaiknya lebih meningkatkan program ini. Karena sebagian program seperti jumat bersih sudah tidak dilaksanakan selama beberapa bulan terakhir.
2.             Sekolah sebaiknya mensosialisasikan kepada orang tua siswa agar ikut membantu menanamkan sikap religius siswa ketika dirumah. Karena untuk mendukung keberhasilan pembentukan sikap religius siswa.
3.             Siswa hendaknya menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari agar terbiasa hingga dewasa nanti.













DAFTAR PUSTAKA

Amin, Ahmad. 1998. Etika (Ilmu Akhlak). Jakarta : Bulan Bintang.
Aziz, Abdul. 2010. Fikih Ibadah. Jakarta: Amzah.
El-Jazairi. 1991. Pola Hidup Muslim. Bandung: Remaja Posda Karya.
Departemen Agama Wilayah Propinsi Jawa Tengah.2002. Garis-Garis Besar  Program Pengajaran Baca Tulis Alquran Sekolah Dasar Jawa Tengah. Semarang : Departemen Agama Wilayah Propinsi Jawa Tengah.
Kamal, Malik Abu. 2007. Fiqih Sunah Wanita. Jakarta: Pena Pundi Aksara.
Mulyasa, E. 2004. Menjadi Kepala Sekolah Profesional. Bandung: Remaja Rosda Karya
Kurniawan, Asep. 2017. Metodologi Penelitian Pendidikan. Cirebon: Eduvision
Maulida. 2013. Islam dan Kebersihan Lingkungan. http://mauliedhamoutz.blogspot.co.id/2013/11/makalah-islam-dan-kebersihan-lingkungan.html. (diakses 25 November 2017).
Mustakim, Zaenal. 2010. Strategi, Metode dan Pembelajaran. Pekalongan : STAIN Press Pekalongan
Nasution, Ahmad Taufiq. 2009. Melatih SQ dengan prinsip 99 Asmaul Husna, Merengkuh Puncak Kebahagiaan dan Kesuksesan Hidup. Jakarta: Gramedia Pustaka.
Rifa’i, Muhammad. 2011. Tuntutan Shalat Lengkap. Semarang: Karya Toko Putra
Salim, Peter. 2006. The contemporary Indonesian Dictionary. Jakarta: Modern English Press
Sayyed, Abdul Wahab. 2010. Fiqih Ibadah. Jakarta: Amzah.
Shiddieqy, Ash Hasbi. 1994. Kuliah Ibadah. Jakarta: Bulan Bintang.
Shihab, Muhammad Quraish. 1998. Menyikapi Tabir Illahi Asmaul Husna dalam prespektif Al-Qur’an. Jakarta: Lentera Hati.
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta
Sukardi. 2011. Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Praktiknya. Jakarta: PT. Bumi Aksara
Sumidjo, Wahyo. 2003. Kepemimpinan Kepala Sekolah. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Qattan, Manna’ Khalil, Studi Ilmu-Ilmu Al-Qur’an, Bogor : Pustaka Litera AntarNusa, Cet. 16, 2013.





























LAMPIRAN


A.           Profil Sekolah
1.      Nama Sekolah                                : SD Negeri Grenjeng
2.      Nomor Statistik Sekolah               : 101026302009
3.      NPSN                                            : 20222119
4.      Alamat Sekolah                             : Jl. P. Grenjeng No. 32
5.      Kelurahan                                      : Harjamukti
6.      Kecamatan                                    : Harjamukti
7.      Kota                                              : Cirebon
8.      Provinsi                                         : Jawa Barat
9.      E-mail                                            : sugiartispd42@gmail.com
10.  Kode pos                                       : 45143
11.  Status Sekolah                              : Negeri
12.  Tahun Berdiri Sekolah                  :1975
13.  Surat Keputusan/ SK                    : Nomor 146/ Prp / 1975 Tanggal 29
Oktober  1975 Tentang Pengesahan SDN Grenjeng.
14.  Penerbit SK                                   : Dinas Pendidikan dan Kebudayaan
Propinsi Daerah TK. I Jawa Barat
15.  Kegiatan Belajar Mengajar           : Masuk Pagi
16.  Bangunan Sekolah                        : Milik Sendiri
17.  Lokasi Sekolah                              : 1674 M2
18.  Jarak ke Pusat Kecamatan                        : ± 5 Km







B.            Description: C:\Users\acer\AppData\Local\Microsoft\Windows\INetCache\Content.Word\IMG_20171125_100849.jpgDescription: C:\Users\acer\AppData\Local\Microsoft\Windows\INetCache\Content.Word\IMG_20171125_100905.jpgDokumentasi











Description: C:\Users\acer\AppData\Local\Microsoft\Windows\INetCache\Content.Word\IMG_20171125_101309.jpgDescription: C:\Users\acer\AppData\Local\Microsoft\Windows\INetCache\Content.Word\IMG_20171125_101133.jpgBingkai doa sehari-hari                                        Bingkai asmaul husna disepanjang
                                                                          lorong sekolah











                                                                                     


Di dalam ruang kelas                                      Halaman sekolah yang bersih

Description: D:\MAKALAH SEMESTER 5\METODOLOGI PENELITIAN\KELOMPOK 7\New folder\IMG_20171128_080745.jpgDescription: D:\MAKALAH SEMESTER 5\METODOLOGI PENELITIAN\KELOMPOK 7\New folder\IMG_20171128_075505.jpg





             








 Wawancara dengan orang  tua siswa        Wawancara dengan orang  tua siswa
Description: D:\MAKALAH SEMESTER 5\METODOLOGI PENELITIAN\KELOMPOK 7\New folder\IMG_20171128_082023.jpg

Description: C:\Users\acer\AppData\Local\Microsoft\Windows\INetCache\Content.Word\IMG_20171129_102044.jpg






Wawancara dengan siswa                                            wawancara dengan siswa




Description: D:\MAKALAH SEMESTER 5\METODOLOGI PENELITIAN\KELOMPOK 7\New folder\IMG_20171128_081510.jpgDescription: D:\IMG_20171129_102127.jpg
                                                                                                      







Wawancara dengan siswa                                  wawancara dengan kepala sekolah
Description: C:\Users\acer\AppData\Local\Microsoft\Windows\INetCache\Content.Word\IMG_20171129_101846.jpg
Description: C:\Users\ULIAH MYTOSHIBA\AppData\Local\Microsoft\Windows\INetCache\Content.Word\IMG_20171129_101703.jpg
Buku BTQ  siswa                                                  Proses pembelajaran BTQ