BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Islam
merupakan agama rahmatan lil’alamin.
Al-Qur’an dan Hadits yang di bawa oleh Rasulullah SAW, menjadi penerang bagi
setiap umat manusia. Di dalamnya terdapat berbagai macam ilmu yang dijadikan
sebagai pengetahuan dasar, bukan hanya ilmu keislaman saja yaitu sebagai
petunjuk, hukum dan kisah-kisah terdahulu tetapi juga banyak teradapat ilmu lainnya,
seperti ilmu alam, teknologi dan sebagainya. Ilmu pengetahuan dalam Al-Qur’an dan
Hadits menyangkut tentang segala aspek pengetahuan yang ada dijagad raya ini,
mulai dari proses terbentuknya bumi hingga berakhirnya kehidupan di jagad raya.
Ilmu pengetahuan dalam Al-Qur’an dan Hadits tidak perlu lagi diragukan
kebenarannya karena kebenarannya bersifat ilmiah atau dapat dibuktikan. Semakin
intensif manusia menggali Al-Qur’an dan Hadits maka akan semakin banyak pula
isyarat keilmuan yang di dapatkan, sehingga manusia dapat terlepas dari masa
kebodohan.
Adapun
judul besar dalam makalah ini adalah tentang hakekat Al-qur’an hadits sebagai
pengetahuan dasar.
B. Rumusan Masalah
1.
Apa hakekat Al-Qur’an Hadits ?
2.
Apa definisi pengetahuan dasar ?
3.
Apa saja jenis-jenis pengetahuan ?
4.
Bagaimana korelasi Al-Qur’an Hadits dan
ilmu pengetahuan ?
5.
Apa hakekat Al-Qur’an Hadits sebagai
pengetahuan dasar ?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Hakekat
Al-Qur’an Hadits
Secara
Bahasa Qara’a mempunyai arti: mengumpulkan, atau menghimpun menjadi satu
Kata Qur’an dan Qira’ah keduanya merupakan masdar (infinitif)
diambil dari kata kerja lampau (Fi’il Madhi) yaitu Qara’a-Qiraatan-Quranan (Muhaimin, 1984:86).
Kata
Qur’anah pada ayat di atas berarti qiraatuhu yaitu bacaannya atau cara
membacanya. Terdapat berbagai macam definisi Qur’an, diantaranya definisi
menurut Abdul Wahhab Khalaf, yaitu: Firman Allah yang diturunkan kepada
Rasulullah Saw dengan perantara Jibril dalam bahasa Arab. Dan, menjadi
undang-undang bagi manusia, memberi petunjuk kepada mereka, dan menjadi sarana
untuk melakukan pendekatan diri dan ibadah kepada Allah. Ia terhimpun dalam
mushaf, dimulai dari surat Al- Fatihah dan diakhiri dengan surat An-Nas,
disampaikan kepada kita secara mutawatir dari generasi ke generasi, baik secara
lisan maupun tulisan, serta terjaga dari perubahan dan pergantian.
Al-Qur’an
secara istilah adalah “Firman Allah SWT yang menjadi mu’jizat abadi kepada
Rasulullah yang tidak mungkin bisa ditandingi oleh manusia, diturunkan ke dalam
hati Rasulullah SAW, diturunkan ke generasi berikutnya secara mutawatir, ketika
dibaca bernilai ibadah dan berpahala besar” (Al-Qattan, 1987: 10).
Selanjutnya
Istilah Hadits telah digunakan secara luas dalam studi keislaman untuk merujuk
kepada teladan dan otoritas Nabi SAW atau sumber kedua hukum Islam setelah
al-Qur’an. Meskipun begitu, pengertian kedua istilah tersebut tidaklah serta
merta sudah jelas dan dapat dipahami dengan mudah. Para ulama dari
masing-masing disiplin ilmu menggunakan istilah tersebut didasarkan pada sudut
pandang yang berbeda sehingga mengkonskuensikan munculnya rumusan pengertian
keduanya secara berbeda pula.
Kata
hadits merupakan isim (kata benda) yang secara bahasa berarti
kisah, cerita, pembicaraan, percakapan atau komunikasi baik verbal maupun lewat
tulisan. Bentuk jamak dari hadits yang lebih populer di kalangan ulama
muhadditsin adalah ahadits, dibandingkan bentuk lainnya yaitu hutsdan
atau hitsdan (Ash Shiddieqy, 1991: 20). Masyarakat Arab di
zaman Jahiliyyah telah menggunakan kata hadits ini dengan makna
“pembicaraan”, hal itu bisa dilihat dari kebiasaan mereka untuk menyatakan
“hari-hari mereka yang terkenal” dengan sebutan ahadits (Subhi
as-Shalih, 1995: 15).
Jadi
hakekat Al-Qur’an Hadits adalah sumber pokok ajaran islam dan merupakan rujukan
umat islam dalam memahami segala aspek yang ada dalam kehidupan, dimana
Al-Qur’an sebagai rujukan utama yang berasal dari Allah SWT yang diwahyukan
kepada Nabi Muhammad SAW mealui malaikat Jibril dan Hadits sebagai rujukan yang
menguatkan dan menegaskan ilmu yang terdapat dalam Al-Qur’an.
B.Definisi
Pengetahuan
Secara etimologi pengetahuan berasal dari kata dalam
bahasa inggris yaitu knowledge. Dalam Encyclopedia of Philosophy dijelaskan
bahwa definisi pengetahuan adalah kepercayaan yang benar (knowledge is
justified true belief).
Secara terminologi dikemukakan beberapa definisi
tentang pengetahuan. Menurut Drs. Sidi Gazalba, pengetahuan adalah apa yang
diketahui atau hasil pekerjaan tahu. Pengetahuan itu adalah semua milik atau
isi pikiran. Jadi, pengetahuan merupakan hasil proses dari usaha manusia untuk
tahu. Dalam kamus filsafat dijelaskan bahwa pengetahuan adalah proses kehidupan
yang diketahui manusia secara langsung dari kesadarannya sendiri. Pengetahuan
dalam arti luas berarti semua kehadiran internasional objek dalam subjek. Namun
dalam artian sempit pengetahuan hanya berarti putusan yang benar dan pasti.
Para ahli hingga kini masih memperdebatkan definisi
pengetahuan, terutama karena rumusan pengetahuan oleh Plato yang menyatakan
pengetahuan sebagai “kepercayaan sejati yang dibenarkan” (justified true
belief). Pendapat dari WHO (1992) bahwa pengetahuan diperoleh dari pengalaman,
selain itu juga dari guru, orang tua, buku, dan media masa. Sedangkan menurut
Notoatmodjo (2003), pengetahuan merupakan hasil dan ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu.
Pengetahuan adalah sesuatu yang diketahui berkaitan
dengan proses pembelajaran. Proses belajar ini dipengaruhi berbagai faktor dari
dalam seperti motivasi dan faktor luar berupa sarana informasi yang tersedia
serta keadaan sosial budaya (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2003).
Berdasarkan uraian-uraian di atas, dalam hal ini maka
dapat definisikan bahwa Pengetahuan merupakan konsep ilmu yang terdapat dalam
kehidupan merupakan hasil dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan
terhadap suatu obyek tertentu. (Notoatmodjo, 2005).
C.
Jenis-jenis
Pengetahuan
Menurut Soejono Soemargono (1983) pengetahuan
dapat dibagi menjadi:
1. Pengetahuan
non ilmiah
Pengetahuan non ilmiah adalah pengetahuan yang
diperoleh dengan menggunakan cara-cara yang tdiak termasuk dalam metode
ilmiah.Secara umum yang dimaksud dengan pengetahuan non ilmiah adalah segenap
hasil pemahaman manusia atas atau mengenai barang sesuatu atau objek tertentu
yang terdapat dalam kehidupan sehari-hari.
2. Pengetahuan
ilmiah
Pengetahuan ilmiah adalah segenap hasil pemahaman
manusia yang diperoleh dengan menggunakan metode ilmiah. Pengetahuan ilmiah
adalah pengetahuan yang sudah lebih sempurna karena telah mempunyai dan
memenuhi syarat-syarat tertentu dengan cara berpikir yang khas, yaitu
metodologi ilmiah.
Sedangkan menurut Plato dan Aristoteles pengetahuan
dapat dibagi menjadi:
1. Pengetahuan
Eikasia (Khayalan)
Tingkatan yang paling rendah disebut pengetahuan
Eikasia, ialah pengetahuan yang objeknya berupa bayangan atau gambaran.
Pengetahuan ini isinya adalah hal-hal yang berhubungan dengan kesenangan atau
kesukaan serta kenikmatan manusia yang berpengalaman.
2. Pengetahuan
Pistis (Substansial)
Satu tingkat diatas eikasia adalah tingkatan pistis
atau pengetahuan substansial. Pengetahuan ini adalah pengetahuan mengenal
hal-hal yang tampak dalam dunia kenyataan atau hal-hal yang dapat diindrai
secara langsung.
3. Pengetahuan
Dianoya (Matematika)
Plato menerangkan tingkat pengetahuan ini adalah
tingkatan ketiga yang ada di dalamnya sesuatu yang tidak hanya terletak pada
fakta atau objek yang tampak, tetapi juga terletak pada bagaimana cara
berpikirnya.
Dengan demikian dapat dituturkan bahwa bentuk
pengetahuan tingkat dianoya ini adalah pengetahuan yang banyak berhubungan
dengan masalah matematik atau kuantitas entah luas, isi, jumlah, berat yang
semata-mata merupakan kesimpulan dari hipotesis yang diolah oleh akal pikir
karenanya pengetahuan ini disebut juga pengetahuan pikir.
4. Pengetahuan
Noesis (Filsafat)
Pengetahuan Neosis adalah pengetahuan tingkatan
tertinggi, pengetahuan yang objeknya adalah arche ialah prinsip utama yang
mencakup epistemologik dan metafisik. Prinsip utama ini disebut ”IDE”. Plato
menerangkan tentang pengetahuan ini adalah hampir sama dengan pengetahuan pikir.
Tujuannya adalah untuk mencapai prinsip utama yang
isinya hal yang berupa kebaikan, kebenaran dan keadilan. Menurut Plato, cara
berpikir untuk mencapai tingkat tertinggi dari pengetahuan itu adalah dengan
menggunakan metode dialog sehingga dapat dicapai pengetahuan yang
sungguh-sungguh sempurna yang biasa disebut Episteme.
Burhanuddin salam, mengemukakan bahwa pengetahuan
yang dimiliki manusia ada empat, yaitu:
1. Pengetahuan
biasa, yakni pengetahuan yang dalam filsafat dikatakan dengan istilah common
sense, dan sering diartikan dengan good sense, karena seseorang memiliki
sesuatu dimana ia menerima secara baik. Common sense diperoleh dari pengalaman
sehari-hari seperti air dapat dipakai untuk menyiram bunga, makanan dapat
memuaskan rasa lapar, musim kemarau akan mengeringkan sawah, dsb.
2. Pengetahuan
ilmu, yaitu ilmu sebagai terjemahan dari science. Ilmu dapat merupakan suatu
metode berpikir secara objektif untuk menggambarkan dan memberi makna terhadap
dunia faktual. Pengetahuan yang diperoleh dengan ilmu, diperolehnya melalui
observasi, eksperimen, klasifikasi. Seperti bumi berputar pada porosnya, air
termasuk unsur penting dalam organ tubuh manusia, dst.
3. Pengetahuan
filsafat, yaitu pengetahuan yang diperoleh dari pemikiran yang bersifat
kontemplatif dan spekulatif. Pengetahuan filsafat lebih menekankan pada
universalitas dan kedalaman kajian tentang sesuatu. Kalau ilmu hanya pada satu
bidang pengetahuan yang sempit dan rigid, filsafat membahas hal yang lebih luas
dan mendalam. Seperti apa hakikat manusia, hakikat tuhan, mengapa diciptakan
manusia, dst. Itu merupakan pemikiran filsafat.
4. Pengetahuan
agama, yaitu pengetahuan yang hanya diperoleh dari Tuhan lewat para utusan-Nya.
Pengetahuan agama bersifat mutlak dan wajib diyakini oleh para pemeluk agama
dan mengandung beberapa hal pokok yaitu ajaran tentang cara berhubungan dengan
Tuhan. Selain itu, iman kepada Hari Akhir merupakan ajaran pokok agama dan
sekaligus merupakan ajaran yang membuat manusia optimis akan masa depannya
(Burhanuddin, 2005: 43).
D.
Korelasi
Al-Qur’an Hadits dan Ilmu Pengetahuan
Membahas hubungan antara Al Qur’an dan ilmu
pengetahuan bukan dinilai dari banyak atau tidaknya cabang-cabang ilmu
pengetahuan yang dikandungnya, tetapi yang lebih utama adalah melihat: adakah
Al qur’an atau jiwa ayat-ayatnya menghalangi ilmu pengetahuan atau
mendorongnya, karena kemajuan ilmu pengetahuan tidak hanya diukur melalui
sumbangan yang di berikan kepada masyarakat atau kumpulan ide dan metode yang
dikembangkannya, tetapi juga pada sekumpulan syarat-syarat psikologis dan
social yang diwujudkan, sehingga mempunyai pengaruh (positif atau negative)
terhadap kemajuan ilmu pengetahuan (Fajlur Rahman, 1983: 143).
Sejarah membuktikan bahwa Galileo ketika
mengungkapkan penemuan ilmiahnya tidak mendapat tantangan dari satu lembaga
ilmiah, kecuali dari masyarakat dimana ia hidup. Mereka memberikan tantangan
kepadanya atas dasar kepercayaan agama. Akibatnya, Galileo pada akhirnya
menjadi korban penemuannya sendiri.
Dalam Al qur’an ditemukan kata “ilmu” dalam berbagai
bentuknya yang terulang sebanyak 854 kali. Disamping itu, banyak pula ayat-ayat
Al qur’an yang menganjurkan untuk menggunakan akal pikiran, penalaran, dan
sebagainya, sebagaimana dikemukakan oleh ayat-ayat yang menjelaskan hambatan
kemajuan ilmu pengetahuan, antara lain :
1. Subjektivitas
(suka dan tidak suka)
Allah SWT berfirman dalam QS.
Az-Zukhruf dan QS. Al-A’raf:
لَقَدْ
جِئْنٰكُمْ بِالْحَـقِّ وَلٰـكِنَّ اَكْثَرَكُمْ
لِلْحَقِّ كٰرِهُوْنَ
"Allah swt. berfirman:
(Sesungguhnya Kami benar-benar telah membawa kepada kalian) hai penduduk Mekah (kebenaran)
melalui lisan rasul (tetapi kebanyakan di antara kalian benci pada kebenaran
itu.)" (QS. Az-Zukhruf 43: Ayat 78).
فَتَوَلّٰى
عَنْهُمْ وَقَالَ يٰقَوْمِ لَقَدْ اَبْلَغْتُكُمْ
رِسَالَةَ رَبِّيْ وَنَصَحْتُ لَـكُمْ وَلٰـكِنْ لَّا تُحِبُّوْنَ النّٰصِحِيْنَ
"(Maka Saleh berpaling) ia
meninggalkan (mereka seraya berkata, Hai kaumku! Sesungguhnya aku telah
menyampaikan kepadamu amanat Tuhanku dan aku telah memberi nasihat kepadamu
tetapi kamu tidak menyukai orang-orang yang memberi nasihat.)" (QS. Al-A'raf
7: Ayat 79).
2. Taqlid
atau mengikuti tanpa alasan (baca antara lain, QS 33:67 ; 2:170).
Allah SWT berfirman:
وَقَالُوْا
رَبَّنَاۤ اِنَّاۤ اَطَعْنَا سَادَتَنَا وَكُبَرَآءَنَا فَاَضَلُّوْنَا السَّبِيْلَا
"(Dan mereka berkata) yakni
para pengikut dari kalangan mereka, (Ya Rabb kami! Sesungguhnya kami telah
menaati pemimpin-pemimpin kami) menurut suatu qiraat dibaca Saadatanaa, dalam
bentuk Jam'ul Jam'i (dan pembesar-pembesar kami, lalu mereka menyesatkan kami
dari jalan petunjuk) dari jalan hidayah." (QS. Al-Ahzab 33: Ayat 67).
Allah SWT berfirman:
وَاِذَا
قِيْلَ لَهُمُ اتَّبِعُوْا مَآ اَنْزَلَ اللّٰهُ قَالُوْا بَلْ نَـتَّبِعُ مَآ اَلْفَيْنَا
عَلَيْهِ اٰبَآءَنَا ؕ اَوَلَوْ كَانَ اٰبَآؤُهُمْ لَا يَعْقِلُوْنَ شَيْئًـا
وَّلَا يَهْتَدُوْنَ
"(Dan apabila dikatakan kepada
mereka) kepada orang-orang kafir, (Ikutilah apa yang telah diturunkan Allah,)
berupa tauhid dan menghalalkan yang baik-baik, (mereka menjawab,) Tidak!'
(Tetapi kami hanya akan mengikuti apa yang kami jumpai) atau dapati (dari nenek
moyang kami.) berupa pemujaan berhala, diharamkannya bahair/unta yang dipotong
telinganya dan sawaib/unta yang tidak boleh dimanfaatkan, dibiarkan lepas bebas
hingga mati dengan sendirinya. (Apakah) mereka akan mengikuti juga (walaupun
mereka itu tidak mengetahui sesuatu) mengenai urusan keagamaan (dan tidak pula
beroleh petunjuk) untuk mencapai kebenaran. Hamzah atau 'apakah' di atas untuk
pengingkaran." (QS. Al-Baqarah 2: Ayat 170).
3. Angan-angan
dan dugaan yang tak beralasan (baca antara lain, QS 10:36).
Allah SWT berfirman:
وَمَا
يَتَّبِعُ اَكْثَرُهُمْ اِلَّا ظَنًّا ؕ اِنَّ
الظَّنَّ لَا يُغْنِيْ مِنَ الْحَـقِّ شَيْـئًا
ؕ اِنَّ اللّٰهَ عَلِيْمٌۢ بِمَا يَفْعَلُوْنَ
"(Dan kebanyakan mereka tidak
mengikuti) di dalam penyembahan mereka terhadap berhala-berhala (kecuali
persangkaan saja) dalam hal ini mereka hanya menirukan apa yang telah diperbuat
oleh nenek-moyang mereka (Sesungguhnya prasangka itu tidak sedikit pun berguna
untuk mencapai kebenaran) yang membutuhkan ilmu pengetahuan tentangnya
(Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka kerjakan) oleh sebab itu
maka Dia membalas semua amal perbuatan yang telah mereka kerjakan itu." (QS.
Yunus 10: Ayat 36)
4. Bergegas-gegas
dalam mengambil keputusan atau kesimpulan (baca antara lain QS. 21:37).
Allah SWT berfirman:
خُلِقَ
الْاِنْسَانُ مِنْ عَجَلٍ ؕ سَاُورِيْكُمْ اٰيٰتِيْ فَلَا تَسْتَعْجِلُوْنِ
"Ayat ini diturunkan sewaktu
mereka meminta disegerakan turunnya azab atas mereka. (Manusia telah dijadikan
dari tergesa-gesa) disebabkan manusia itu bertabiat tergesa-gesa di dalam semua
tindakannya, maka seolah-olah ia diciptakan daripadanya. (Kelak Aku akan
perlihatkan kepada kalian tanda-tanda azab-Ku) yakni ketentuan waktu bagi
azab-Ku (maka janganlah kalian minta kepada-Ku mendatangkannya dengan segera) kemudian
Allah memperlihatkan kepada mereka turunnya azab itu, yaitu dengan dibunuhnya
mereka dalam perang Badar." (QS. Al-Anbiya 21: Ayat 37)
5. Sikap
angkuh (enggan untuk mencari atau menerima kebenaran) (baca antara lain QS.
7:146).
Allah SWT berfirman:
Yang artinya: "(Aku akan
memalingkan dari ayat-ayat-Ku) dari bukti-bukti yang menunjukkan kekuasaan-Ku,
yaitu berupa hasil-hasil ciptaan-Ku dan lain-lainnya (orang-orang yang
menyombongkan dirinya di muka bumi tanpa alasan yang benar) yaitu Aku akan
menjadikan mereka terhina sehingga tidak lagi mereka berlaku sombong di muka
bumi (jika mereka melihat tiap-tiap ayat-Ku, mereka tidak beriman kepadanya.
Dan jika mereka melihat jalan) yakni titian (yang membawa kepada petunjuk)
hidayah yang datang dari sisi Tuhan (mereka tidak mau menjalankannya sebagai
jalan hidup) yang mereka tempuh (tetapi jika mereka melihat jalan kesesatan)
jalan yang salah (mereka terus menempuhnya. Yang demikian itu) berpalingnya
mereka itu (adalah karena mereka mendustakan ayat-ayat Kami dan mereka selalu
lalai daripadanya) contoh mengenai mereka telah disebutkan." (QS. Al-A'raf
7: Ayat 146)
Di
samping itu, terdapat tuntutan-tuntutan antara lain :
a. Jangan
bersikap terhadap sesuatu tanpa dasar pengetahuan (QS. 17:36), dalam arti tidak
menetapkan sesuatu kecuali benar-benar telah mengetahui dulu persoalan (baca
antara lain QS. 36:17), atau menolaknya sebelum ada pengetahuan (baca antara
lain, QS. 10:39).
b. Jangan
menilai sesuatu karena factor ekstern apa pun walaupun dalam dalam pribadi
tokoh yang paling diagungkan.
Ayat- ayat semacam inilah yang mewujudkan iklim ilmu
pengetahuan yang telah melahirkan pemikir-pemikir dan ilmuwan-ilmuwan Islam
dalam berbagai disiplin ilmu. “tiada yang lebih baik dituntun dari suatu kitab
akidah (agama) menyangkut bidang ilmu kecuali anjuran untuk berpikir, serta
tidak menetapkan suatu ketetapan yang menghalangi umatnya untuk menggunakan
akalnya atau membatasinya menambah pengetahuan selama dan dimana saja ia
kehendaki. Inilah korelasi pertama dan utama antara Al qur’an dan ilmu
pengetahuan.
Korelasi kedua dapat ditemukan pada isyarat-isyarat
ilmiah yang tersebar dalam sekian banyak ayat Al qur’an yang berbicara tentang
alam raya dan fenomenanya. Isyarat-isyarat tersebut sebagiannya telah diketahui
oleh masyarakat. Namun apa yang mereka ketahui itu masih sangat terbatas dalam
perinciannya (Nata, 1996: 107-110).
Dalam penafsiran ilmiah terhadap ayat-ayat Al
qur’an, membawa kita kepada, paling tidak, tiga hal yang perlu digaris bawahi,
yaitu (1) Bahasa (2) konteks ayat-ayat ; dan (3) sifat penemuan ilmiah.
1. Bahasa
Disepakati oleh semua pihak bahwa untuk memahami
kandungan Al qur’an dibutuhkan pengetahuan bahasa arab. Untuk memahami arti
suatu kata dalam rangkaian redaksi suatu ayat, seorang terlebih dahulu harus
meneliti apa saja pengertian yang dikandung oleh kata tersebut. Kemudian
menetapkan arti yang paling tepat setelah memperhatikan segala aspek yang
berhubngan ayat tadi.
2. Konteks
antara kata atau ayat
Memahami pengertian suatu kata dalam rangkaian satu
ayat tidak dapat dilepaskan dari konteks kata tersebut dengan keseluruhan kata
dalam redaksi ayat tadi.
3. Sifat
penemuan ilmiah
Perkembangan ilmu pengetahuan sudah sedemikian
pesatnya, sehingga dari faktor ini saja pemahaman terhadap redaksi Al qur’an
dapat berbeda-beda. Seperti yang telah dikemukakan bahwa salah satu pembuktian
tentang kebenaran Al qur’an adalah ilmu pengetahuan dari berbagai disiplin yang
diisyaratkan. Memang terbukti, bahwa sekian banyak ayat-ayat Al qur’an yang
berbicara tentang hakikat ilmiah yang tidak dikenal pada masa turunnya, namun
terbukti kebenarannya di tengah-tengah perkembangan ilmu, seperti:
a. Teori tentang expanding universe (kosmos yang
mengembang) (QS 51:47 ).
Allah SWT berfirman:
وَ
السَّمَآءَ بَنَيْنٰهَا بِاَيْٮدٍ وَّاِنَّا لَمُوْسِعُوْنَ
"(Dan langit itu Kami bangun
dengan kekuasaan Kami) dengan kekuatan Kami (dan sesungguhnya Kami benar-benar
berkuasa) dikatakan Adar Rajulu Ya-idu Qawiyyu artinya lelaki itu menjadi kuat.
Dikatakan Awsa'ar Rajulu, artinya ia menjadi orang yang memiliki pengaruh dan
kekuatan." (QS. Az-Zariyat 51: Ayat 47)
b. Matahari
adalah planet yang bercahaya sedangkan bulan adalah pantulan dari cahaya
matahari (QS 10:5).
Allah SWT berfirman:
هُوَ
الَّذِيْ جَعَلَ الشَّمْسَ ضِيَآءً وَّالْقَمَرَ نُوْرًا وَّقَدَّرَهٗ مَنَازِلَ لِتَعْلَمُوْا عَدَدَ السِّنِيْنَ وَالْحِسَابَ ؕ مَا خَلَقَ
اللّٰهُ ذٰلِكَ اِلَّا بِالْحَـقِّ ۚ يُفَصِّلُ
الْاٰيٰتِ لِقَوْمٍ يَّعْلَمُوْنَ
"(Dialah yang menjadikan
matahari bersinar) mempunyai sinar (dan bulan bercahaya dan ditetapkan-Nya bagi
bulan) dalam perjalanannya (manzilah-manzilah) selama dua puluh delapan malam
untuk setiap bulan, setiap malam daripada dua puluh delapan malam itu
memperoleh suatu manzilah, kemudian tidak tampak selama dua malam, jika jumlah
hari bulan yang bersangkutan ada tiga puluh hari. Atau tidak tampak selama satu
malam jika ternyata jumlah hari bulan yang bersangkutan ada dua puluh sembilan
hari (supaya kalian mengetahui) melalui hal tersebut (bilangan tahun dan
perhitungan waktu, Allah tidak menciptakan yang demikian itu) hal-hal yang
telah disebutkan itu (melainkan dengan hak) bukannya main-main, Maha Suci Allah
dari perbuatan tersebut (Dia menjelaskan) dapat dibaca yufashshilu dan
nufashshilu, artinya Dia menerangkan atau Kami menerangkan (tanda-tanda kepada
orang-orang yang mengetahui) yakni orang-orang yang mau berpikir." (QS.
Yunus 10: Ayat 5)
c. Pergerakan
bumi mengelilingi matahari, gerakan lapisa-lapisan yang berasal dari perut
bumi, serta bergeraknya gunung sama dengan pergerakan awan (QS 27:88).
Allah SWT berfirman:
وَتَرَى
الْجِبَالَ تَحْسَبُهَا جَامِدَةً وَّهِيَ
تَمُرُّ مَرَّ السَّحَابِ ؕ صُنْعَ اللّٰهِ الَّذِيْۤ اَتْقَنَ كُلَّ شَيْءٍ ؕ اِنَّهٗ
خَبِيْرٌۢ بِمَا تَفْعَلُوْنَ
"(Dan kamu lihat gunung-gunung
itu) yakni kamu saksikan gunung-gunung itu sewaktu terjadinya tiupan malaikat
Israfil (kamu sangka dia) (tetap) diam di tempatnya karena besarnya (padahal ia
berjalan sebagai jalannya awan) bagaikan hujan yang tertiup angin, maksudnya
gunung-gunung itu tampak seolah-olah tetap, padahal berjalan lambat saking
besarnya, kemudian jatuh ke bumi lalu hancur lebur kemudian menjadi abu
bagaikan bulu-bulu yang beterbangan. (Begitulah perbuatan Allah) lafal Shun'a
merupakan Mashdar yang mengukuhkan jumlah sebelumnya yang kemudian
di-mudhaf-kan kepada Fa'il-nya Sesudah 'Amil-nya dibuang, bentuk asalnya ialah
Shana'allahu Dzalika Shun'an. Selanjutnya hanya disebutkan lafal Shun'a yang
kemudian dimudhaf-kan kepada Fa'il-nya yaitu lafal Allah, sehingga jadilah
Shun'allahi; artinya begitulah perbuatan Allah (yang membuat dengan kokoh)
rapih dan kokoh (tiap-tiap sesuatu) yang dibuat-Nya (sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui apa yang kalian kerjakan) lafal Taf'aluna dapat dibaca Yaf'aluna,
yakni perbuatan maksiat yang dilakukan oleh musuh-musuh-Nya dan perbuatan taat
yang dilakukan oleh kekasih-kekasih-Nya." (QS. An-Naml 27: Ayat 88)
d. Zat
hijau daun (klorofil) yang berperanan dalam mengubah tenaga radiasi matahari
menjadi tenaga kimia melalui proses foto sintesis sehingga menghasilkan energy
(QS 36:80). bahkan, istilah Al qur’an, al syajar al akhdhar (pohon yang hijau)
justru lebih tepat dari istilah klorofil (hijau daun), karena zat-zat tersebut
bukan hanya terdapat dalam daun saja tapi di semua bagian pohon, dahan dan
ranting yang warnanya hijau.
Allah SWT berfirman:
اۨ لَّذِيْ جَعَلَ لَـكُمْ مِّنَ الشَّجَرِ الْاَخْضَرِ نَارًا فَاِذَاۤ اَنْـتُمْ
مِّنْهُ تُوْقِدُوْنَ
"(Yaitu Tuhan yang menjadikan
untuk kalian) yakni segolongan umat manusia (dari kayu yang hijau) yakni kayu
pohon Marakh dan Affar atau semua jenis pohon selain pohon anggur (api, maka
tiba-tiba kalian nyalakan -api- dari kayu itu.) kalian membuat api daripadanya.
Hal ini menunjukkan kekuasaan Allah swt. yang mampu untuk menghidupkan kembali
manusia yang mati. Karena sesungguhnya di dalam kayu yang hijau itu terhimpun
antara air, api, dan kayu; maka air tidak dapat memadamkan api, dan pula api
tidak dapat membakar kayu." (QS. Ya Sin 36: Ayat 80)
e. Bahwa
manusia diciptakan dari sebagian kecil sperma pria dan yang setelah fertilisasi
(pembuahan) berdempet di dinding rahim (QS 86:6 dan 7; 96:2).
Allah SWT berfirman:
خُلِقَ
مِنْ مَّآءٍ دَافِقٍ
"(Dia diciptakan dari air yang
terpancar) yakni yang dipancarkan oleh laki-laki ke dalam rahim wanita." (QS.
At-Tariq 86: Ayat 6)
يَّخْرُجُ
مِنْۢ بَيْنِ الصُّلْبِ وَالتَّرَآئِبِ
"(Yang keluar dari antara
tulang sulbi) laki-laki (dan tulang dada) perempuan." (QS. At-Tariq 86:
Ayat 7)
خَلَقَ
الْاِنْسَانَ مِنْ عَلَقٍ
"(Dia telah menciptakan
manusia) atau jenis manusia (dari 'alaq) lafal 'Alaq bentuk jamak dari lafal
'Alaqah, artinya segumpal darah yang kental." (QS. Al-'Alaq 96: Ayat 2)
f. Ilmu
kesehatan Anak.
Dengan menyusu pada ibunya, bayi yang baru lahir
mendapat air susu ibu yang mengandung colostrum, yang mengakibatkan bayi
tersebut jarang terserang infeksi, terutama infeksi pada usus.
Air susu ibu adalah susu yang paling gampang
diperoleh, kapan saja dan dimana saja. Lebih instant dari susu yang manapun, dapat
diberikan secara hangat dengan suhu yang optimal dan bebas kontaminasi.
Al-Qur'an juga menentukan lamanya seorang bayi menyusu dengan air susu ibu, dan
kemungkinan bagi bayi untuk disusukan kepada ibu-ibu lain sebagaimana
dinyatakan dalam (QS. 2:233).
Allah
SWT berfirman:
نِسَآؤُكُمْ
حَرْثٌ لَّـكُمْ ۖ فَأْتُوْا حَرْثَكُمْ اَنّٰى
شِئْتُمْ ۖ وَقَدِّمُوْا لِاَنْفُسِكُمْ ؕ وَاتَّقُوا
اللّٰهَ وَاعْلَمُوْٓا اَنَّکُمْ مُّلٰقُوْهُ
ؕ وَ بَشِّرِ الْمُؤْمِنِيْنَ
"(Istri-istrimu
adalah tanah persemaian bagimu), artinya tempat kamu membuat anak, (maka
datangilah tanah persemaianmu), maksudnya tempatnya yaitu pada bagian kemaluan
(bagaimana saja) dengan cara apa saja (kamu kehendaki) apakah sambil berdiri,
duduk atau berbaring, baik dari depan atau dari belakang. Ayat ini turun untuk
menolak anggapan orang-orang Yahudi yang mengatakan, Barang siapa yang
mencampuri istrinya pada kemaluannya tetapi dari arah belakangnya (pinggulnya),
maka anaknya akan lahir bermata juling. (Dan kerjakanlah untuk dirimu)
amal-amal saleh, misalnya membaca basmalah ketika bercampur (dan bertakwalah
kepada Allah) baik dalam perintah maupun dalam larangan-Nya (dan ketahuilah
bahwa kamu akan menemui-Nya kelak) yakni di saat berbangkit, Dia akan membalas
segala amal perbuatanmu. (Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang
yang beriman) yang bertakwa kepada-Nya, bahwa mereka akan memperoleh
surga." (QS. Al-Baqarah 2: Ayat 223)
g. Ilmu
Falak
Sesuatu ayat Al-Qur'an diturunkan selain untuk
meng-Esakan Allah, juga untuk memberikan peraturan (syari'at) dan untuk
lain-lain, diantaranya juga untuk memperkenalkan isi alam raya ini kepada
manusia, jauh sebelum para ilmuwan menemukan rahasianya. Pergantian siang dan
malam berputar-putar ini diibaratkan sorban orang Arab yang berputar-putar
dikepala, ini tampak terlihat bila kita berada pada pesawat ruang angkasa yang
sedang meninggalkan ataupun sedang kembali kebumi. Dengan begitu, melalui
potongan ayat 5 Surah Az-Zumar yang berbunyi :
'....
Dia menggulungkan malam atas siang dan menggulungkan siang atas malam...."
Seakan-akan
Allah Swt menjelaskan kepada umat manusia bahwa :
Bumi
berotasi (berputar) pada sumbunya, Bumi bulat adanya.
Sebab
apabila saja terjadi misalnya kejadian bumi tidak bulat ataupun bumi tidak
berotasi pada sumbunya, maka sebagian tempat dipermukaan bumi yang berada di
Khatulistiwa akan mengalami keadaan malam berkepanjangan, sebaliknya lokasi
yang tegak lurus dengan tempat tersebut akan mengalami keadaan siang
berkepanjangan.
h. Siklus
Air dan Lautan
Jika pada waktu ini kita membaca ayat-ayat Qur'an mengenai
air dan kehidupan manusia, ayat demi ayat, semuanya akan nampak kepada kita
sebagai ayat-ayat yang menunjukkan hal yang sudah jelas. Sebabnya adalah
sederhana; pada jaman kita sekarang ini, kita semua mengetahui siklus air dalam
alam, meskipun pengetahuan kita itu tidak tepat keseluruhannya. Tetapi jika
kita memikirkan konsep-konsep lama yang bermacam-macam mengenai hal ini, kita
akan mengetahui bahwa ayat-ayat Qur'an tidak menyebutkan hal-hal yang ada
hubungannya dengan konsep mistik yang tersiar dan mempengaruhi pemikiran
filsafat secara lebih besar daripada hasil-hasil pengamatan. Dalam ayat-ayat
Qur'an tidak terdapat konsepsi yang salah, malah semakin ilmiah saja.
Allah
SWT berfirman:
وَنَزَّلْنَا
مِنَ السَّمَآءِ مَآءً مُّبٰـرَكًا فَاَنْۢبَـتْـنَا بِهٖ جَنّٰتٍ وَّحَبَّ الْحَصِيْدِ
"(Dan
Kami turunkan dari langit air yang penuh keberkatan) berkah dan manfaatnya
(lalu Kami tumbuhkan dengan air itu pohon-pohon) maksudnya kebun-kebun (dan
biji-biji tanaman) yakni ladang-ladang (yang diketam) yang dipanen." (QS.
Qaf 50: Ayat 9)
وَالنَّخْلَ
بٰسِقٰتٍ لَّهَا طَلْـعٌ نَّضِيْدٌ
"(Dan
pohon-pohon kurma yang tinggi-tinggi) lafal Baasiqaatin ini berkedudukan
menjadi Hal bagi lafal yang diperkirakan keberadaannya (yang mempunyai mayang
yang bersusun-susun) yaitu sebagian di antaranya bertumpuk di atas sebagian
yang lain." (QS. Qaf 50: Ayat 10)
رِّزْقًا
لِّلْعِبَادِ ۙ وَاَحْيَيْنَا بِهٖ بَلْدَةً مَّيْـتًا ؕ كَذٰلِكَ
الْخُـرُوْجُ
"(Untuk
menjadi rezeki bagi hamba-hamba) Kami; lafal Rizqan menjadi Maf'ul Lah (dan
Kami hidupkan dengan air itu tanah yang mati) lafal Maytan dapat digunakan
untuk Mudzakkar dan Muannats. (Seperti itulah) dengan cara itulah (terjadinya
kebangkitan) dari kubur, maka mengapa kalian mengingkarinya? Istifham atau kata
tanya mengandung makna Taqrir, makna yang dimaksud adalah bahwa mereka melihat
dan mengetahui hal tersebut." (QS. Qaf 50: Ayat 11)
i. Lautan
Beberapa
ayat mengenai lautan dan pelayaran mengemukakan tanda-tanda kekuasaan Tuhan
yang nampak dalam pengamatan sehari-hari, dimana semua itu untuk dipikirkan.
Allah
SWT berfirman:
اَللّٰهُ
الَّذِيْ خَلَقَ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضَ وَاَنْزَلَ مِنَ السَّمَآءِ مَآءً فَاَخْرَجَ
بِهٖ مِنَ الثَّمَرٰتِ رِزْقًا لَّـكُمْ ۚ وَسَخَّرَ لَـكُمُ الْـفُلْكَ لِتَجْرِيَ فِى الْبَحْرِ
بِاَمْرِهٖ ۚ وَسَخَّرَ لَـكُمُ الْاَنْهٰرَ
"(Allahlah
yang telah menciptakan langit dan bumi dan menurunkan air hujan dari langit
kemudian Dia mengeluarkan dengan air hujan itu berbagai buah-buahan menjadi
rezeki untuk kalian dan Dia telah menundukkan bahtera bagi kalian) yang
dimaksud adalah perahu (supaya bahtera itu berlayar di lautan) sehingga kalian
dapat menaikinya dan memuat barang-barang di atasnya (dengan kehendak-Nya)
dengan seizin-Nya (dan Dia telah menundukkan pula bagi kalian
sungai-sungai.)"
(QS.
Ibrahim 14: Ayat 32)
j.
Atmosfir Bumi
Allah SWT berfirman:
هُوَ
الَّذِي خَلَقَ لَكُمْ مَا فِي الْأَرْضِ جَمِيعًا ثُمَّ اسْتَوَىٰ إِلَى السَّمَاءِ
فَسَوَّاهُنَّ سَبْعَ سَمَاوَاتٍ ۚ وَهُوَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ
“Dialah Allah, yang menjadikan
segala yang ada di bumi untuk kamu dan Diaberkehendak (menciptakan) langit, lalu
dijadikan-Nya tujuh langit. Dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu”. (Q.S.
Al-Baqarah: 29)
ثُمَّ
اسْتَوَىٰ إِلَى السَّمَاءِ وَهِيَ دُخَانٌ فَقَالَ لَهَا وَلِلْأَرْضِ ائْتِيَا طَوْعًا
أَوْ كَرْهًا قَالَتَا أَتَيْنَا طَائِعِينَ
“Kemudian
Dia menuju langit dan langit itu masih merupakan asap, lalu Dia berkata
kepadanya dan kepada bumi: "Datanglah kamu keduanya menurut perintah-Ku
dengan suka hati atau terpaksa". Keduanya menjawab: "Kami datang
dengan suka hati".” (Q.S. Fussilat: 11)
فَقَضَاهُنَّ سَبْعَ سَمَاوَاتٍ فِي يَوْمَيْنِ
وَأَوْحَىٰ فِي كُلِّ سَمَاءٍ أَمْرَهَا ۚوَزَيَّنَّا السَّمَاءَ الدُّنْيَا بِمَصَابِيحَ
وَحِفْظًا ۚذَٰلِكَ تَقْدِيرُ الْعَزِيزِ الْعَلِيمِ
“Maka
Dia menjadikannya tujuh langit dalam dua masa dan Dia mewahyukan pada tiap-tiap
langit urusannya. Dan Kami hiasi langit yang dekat dengan bintang-bintang yang
cemerlang dan Kami memeliharanya dengan sebaik-baiknya. Demikianlah ketentuan
Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui.” (Q.S. Fussilat: 12)
k. Ketinggian
(Altitude)
Sesungguhnya ini adalah pemikiran sederhana terhadap
rasa, 'tidak enak' yang dirasakan orang ditempat yang tinggi, dan yang akan
bertambah-tambah jika orang itu berada dalam tempat yang lebih tinggi lagi, hal
ini dijelaskan dalam Surah Al-An'aam ayat 125.
l.
Listrik di Atmosfir
Listrik yang ada diatmosfir dan akibat-akibatnya
seperti guntur dan butir-butir es disebutkan dalam beberapa ayat berikut, yang
artinya :
"Dia-lah
yang memperlihatkan kilat kepadamu untuk menimbulkan ketakutan dan harapan, dan
Dia mengadakan awan mendung. Dan guruh itu bertasbih dengan memuji Allah,
(demikian pula) para malaikat karena takut kepada-Nya, dan Allah melepaskan
halilintar, lalu menimpakannya kepada siapa yang Dia Kehendaki, daN mereka
berbntah-bantahan tentang Allah, dan dia-lah Tuhan Yang Maha keras
sIksa-Nya." (QS. 13:12-13)
"Tidakkah
kamu melihat bahwa Allah mengarak awan, kemudian mengumpulkan antara
(bagian-bagian) nya, kemudian menjadikannya bertindih-tindih, maka kelihatan
olehmu hujan keluar dari celah-celahnya dan Allah (juga) menurunkan (butiran
-butiran) es dari langit, (yaitu) dari (gumpalan-gumpalan awan seperti) gunung
-gunung, maka ditimpakan-Nya (butiran-butiran) es itu kepada siapa yang
dikehendaki-Nya dan dipalingkan-Nya dari siapa yang dikehendaki-Nya. Kilauan
kilat awan itu Hampir-hampir menghilangkaN penglihatan." (QS. 24:43)
m. Bayangan
Fenomena yang sangat luar biasa dijaman kita, yaitu
bayangan dan pergeserannya disebutkan dalam ayat-ayat berikut :
"Apakah
kamu tidak memperhatikan (penciptaan) Tuhanmu, bagaimana Dia memanjangkan (dan
memendekkan) bayang-bayang; dan kalau Dia menghendaki niscaya Dia menjadikan
tetap bayang-bayang itu, kemudian Kami jadikan matahari sebagai petunjuk atas
bayang-bayang itu." (QS. 25:45) (Armansyah, Al-qur’an dan Ilmu
Pengetahuan, http://www.geocities.com/arman_syah/).
Berikut adalah korelasi antara beberapa pernyataan
ilmiah Al-Qur'an dengan ilmu pengetahuan, Kata-kata atau pernyataan yang
dipakai dalam Al-Qur'an untuk menggambarkan aktivitas berpikir bukan hanya
`aqala tetapi juga dengan kata-kata lain, di antaranya:
1. Nazara
yaitu melihat secara abstrak, dalam arti berpikir dan merenung. Kata ini
terdapat dalam 30 ayat lebih, di antaranya yang terdapat dalam Al-Qur'an surat
al-Ghâsiyah ayat 17-20, yang Artinya:
"Apakah
mereka tidak memperhatikan unta bagaimana ia diciptakan? Dan langit bagaimana
ia ditinggikan? Dan gunung bagaimana ia ditegakkan? Dan bumi bagaimana ia
dibentangkan?"
Perintah untuk merenungi alam semesta, baik makhluk
hidup maupun makhluk yang tak bernyawa sebagaimana yang tercantum dalam ayat di
atas, dan jaminan bahwa hukum-hukum yang mengendalikan alam semesta ini tidak
berubah, mengandung janji apabila kita mematuhi perintah tersebut, maka kita
akan menemukan sebagian dari hukum-hukum yang ditetapkan-Nya itu dan kita akan
dapat menguasai sains dan mampu mengembangkan teknologi untuk kebahagiaan
manusia. Kata nazara dapat berarti mengumpulkan pengetahuan melalui pengamatan
atau observasi dan pengukuran atau pengumpulan data pada alam sekitar kita.
Dengan demikian, nazara yang dianjurkan Al-Qur'an ternyata merupakan hal yang
biasa dilakukan para ahli dalam mengembangkan sains modern.
2. Tadabbara
yaitu merenungkan sesuatu yang tersurat dan tersirat. Kata ini banyak dijumpai
dalam ayat-ayat Al-Qur'an, di antaranya yang terdapat dalam surat Muhammad ayat
24 yang berbunyi:
"Tidakkah
mereka merenungkan Al-Qur'an ataukah hati mereka terkunci?"
Dengan melakukan tadabbur sebagaimana disebutkan
dalam ayat di atas, maka manusia akan diantarkan kepada suatu fakta bahwa
Al-Qur'an menambahkan dimensi baru terhadap studi mengenai hal yang tersurat
seperti ayat-ayat Al-Qur'an dan tanda-tanda yang terdapat dalam alam (ayat
kauniyah), dan membantu pikiran manusia melakukan terobosan terhadap batas
penghalang dari alam materi. Al-Qur'an menunjukan bahwa materi bukanlah sesuatu
yang kotor dan tanpa nilai, tetapi di dalamnya terdapat tanda-tanda yang
membimbing manusia menuju Allah dan menunjukkan keagungannya. Alam semesta
adalah ciptaan Allah, Al-Qur'an mengajak manusia untuk menyelidiki dan
mengungkap tentang keajaiban alam serta berusaha memanfaatkan kekayaan alam
yang berlimpah ruah untuk kesejahteraan hidup manusia. Jadi Al-Qur'an membawa
manusia mengenal dan mendekatkan diri kepada Allah melalui ciptaan-Nya dan
realitas konkrit yang terdapat dalam alam semesta. Hal ini sejalan dengan
aktivitas dalam dunia ilmu pengetahuan, yaitu mengadakan observasi, melakukan
berbagai eksperimen, dan menarik kesimpulan mengenai hukum-hukum alam yang
berdasarkan observasi dan eksperimen tersebut. Dengan ilmu pengetahuan manusia
dapat mencapai Yang Maha Pencipta melalui observasi yang teliti dan tepat
terhadap hukum-hukum yang mengatur gejala alam dan Al-Qur'an menunjukkan kepada
realitas intelektual Yang Maha Besar, yaitu Allah Swt lewat ciptaan-Nya. Dengan
cara seperti ini akan terwujud keseimbangan antara kemajuan ilmu pengetahuan
dan ketinggian iman kepada Allah Swt.
3. Tafakkara
yaitu berpikir secara mendalam. Kata ini terdapat dalam Al-Qur'an sebanyak 16
ayat, di antaranya sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur'an surat al-Jâsiyah
ayat 13 yang berbunyi:
"Ia
buat segala apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi tunduk padamu,
semuanya adalah dari-Nya, padanya sungguh terrdapat tanda-tanda bagi kaum yang
mau berpikir".
4. Faqiha
yaitu mengerti secara mendalam. Kata ini dijumpai dalam Al-Qur'an sebayak 16
ayat, di antaranya firman-Nya dalam Al-Qur'an surat al-Taubat ayat: 122 yang
berbunyi:
"Tidak
semestinya orang-orang mukmin semua pergi (berperang). Mengapa sebagian dari
tiap golongan tidak pergi memperdalam pemahaman tentang agama agar dapat
memberi peringatan bagi kaumnya, bila mereka kembali. Semoga mereka
berjaga-jaga".
Ayat
tersebut mendorong para ulama zaman klasik untuk mempelajari ilmu pengetahuan
dari berbagai sumber dengan melekukan beberapa penerjemahan berbagai macam
keilmuan yang dimulai pad aabad VII.
5. Tazakkara
yaitu memahami dalam bentuk pemahaman yang mendalam. Sebagai contoh firman
Allah dalam Al-Qur'an surat al-Anbiyâ ayat 78-79) yang berbunyi:
“Dan
Daud serta Sulaiman sewaktu mnenentukan keputusan tentang ladang ketika domba
masuk ke dalamnya pada malam hari, dan kami menjadi saksi atas keputusan itu .
Kami buat Sulaiman memahaminya dan kepada keduanya kami berikan nikmat dan
ilmu. Kami jadikan bersama Daud gunung dan burung tunduk memuja kamilah pembuat
semua itu”.
6. 'Aqala
yaitu menggunakan akal atau rasio. Di dalam Al-Qur'an tidak kurang dari 45 ayat
yang berbicara tentang pemakaian akal yang merupakan bagian integral dari
pengembangan ilmu pengetahuan. Sebagai contoh Allah Swt berfirman dalam
Al-Qur'an surat al-Anfâl ayat 22 yang berbunyi:
"Seburuk-buruk
binatang pada pandangan Allah adalah yang tuli, bisu, dan tidak mempergunakan
akal" (Rahardjo, 2002: 532).
Dengan memperhatikan ayat-ayat di atas, nampak jelas
bahwa Al-Qur'an banyak mengandung perintah kepada manusia untuk memperhatikan
alam (kosmos). Alam penuh dengan tanda-tanda yang harus diperhatikan, diteliti,
dan dipikirkan oleh manusia agar mereka mengetahui rahasia yang terkandung di
balik tanda-tanda itu. Pemikiran mendalam mengenai tanda-tanda itu membawa
kepada pemahaman tentang berbagai fenomena alam itu sendiri. Hal ini akan
melahirkan keyakinan yang kuat akan eksistensi Tuhan Pencipta alam dan hukum
alam yang mengatur perjalanan alam. Di sisi lain dari pemikiran yang mendalam
tersebut akan diperoleh temuan-temuan dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan.
E.
Hakekat
Al-Qur’an Hadits Sebagai Pengetahuan Dasar
Pada dasarnya ilmu pengetahuan adalah
himpunan pengetahuan tentang segala yang ada dalam kehidupan yang terdapat
dalam Al-Qur’an yang diperkuat oleh hadits. Al-Qur’an merupakan wahyu Allah dan
sekaligus sebagai pedoman atau panduan hidup bagi umat manusia (Shomad,
2005:52). Banyak ilmu yang lahir dari Al-Qur’an, baik itu yang berhubungan
langsung dengannya seperti Ulumul Qur’an, Ilmu Tafsir dan yang lainnya,atau
tidak berhubungan langsung namun terinspirasi dari Al-Qur’an seperti ilmu alam,
ilmu ekonomi dan yang lainnya. Al-Qur’an menekankan pada kebutuhan manusia
untuk mendengar, menyadari, merefleksikan, menghayati, dan memahami. Maka, mau
tidak mau Al-Qur’an harus mampu menjawab berbagai problematika yang terjadi
dalam masyarakat(Diklat Lajnah Pentashihan Mushaf al-Qur’an, 2008: xxi). Al-
Qur’an adalah kitab induk, rujukan utama bagi segala rujukan, sumber dari
segala sumber, basis bagi segala sains dan ilmu pengetuhan, sejauh mana
keabsahan ilmu harus diukur standarnya adalah Al-Qur’an. Ia adalah buku induk
ilmu pengethuan, di mana tidak ada satu perkara apapun yang terlewatkan
(Baiquni, 1983: 1), semuanya telah terkafer di dalamnya yang mengatur berbagai
aspek kehidupan manusia, baik yang berhubungan dengan Allah (Hablum minallah);
sesama manusia (Hablum minannas); alam, lingkungan, ilmu akidah, ilmu sosial,
ilmu alam, ilmu emperis, ilmu agama, umum dan sebagaianya.(Q.S. Al-an’am: 38).
Lebih lanjut Achmad Baiquni mengatakan, “sebenarnya segala ilmu yang diperlukan
manusia itu tersedia di dalam Al-Qur’an”.
Salah satu kemu’jizatan (keistimewaan)
Al-Qur’an yang paling utama adalah hubungannya dengan sains dan ilmu
pengetahuaan, begitu pentingnya sains dan ilmu pengetahuan dalam Al-Qur’an
sehingga Allah menurunkan ayat yang pertama kali Q.S Al-‘alaq 96/1-5.
(1). Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang
Menciptakan, (2). Dia Telah menciptakan manusia dari segumpal darah, (3).
Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah, (4). Yang mengajar (manusia) dengan
perantaran kalam, (5). Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.
Ayat tersebut mengandung perintah
membaca, membaca berarti berfikir secara teratur atau sitematis dalam
mempelajari firman dan ciptaannya, berfikir dengan menkorelasikan antara ayat
qauliah dan kauniah manusia akan mampu menemukan konsep-konsep sains dan ilmu
pengetahuan. Bahkan perintah yang pertama kali dititahkan oleh Allah kepada
Nabi Muhammada SAW. dan umat Islam sebelum perintah-perintah yang lain adalah
mengembangkan sains dan ilmu pengetahuan serta bagaimana cara mendapatkannya.
tentunya ilmu pengetahuan diperoleh di awali dengan cara membaca, karena
membaca adalah kunci dari ilmu pengetahuan, baik membaca ayat qauliah maupun
ayat kauniah, sebab manusia itu lahir tidak mengethui apa-apa, pengetahuan manusia
itu diperoleh melalui proses belajar dan melalui pengalaman yang dikumpulkan
oleh akal serta indra pendengaran dan penglihatan demi untuk mencapai kejayaan,
kebahagian dunia dan akhirat. Dalam Al-Qur’an terdapat kurang lebih 750 ayat
rujukan yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan sementara tidak ada agama atau
kebudayaan lain yang menegaskan dengan begitu tegas akan kepentingan ilmu dalam
kehidupan manusia. Ini membuktikan bahwa betapa tingginya kedudukan sains dan
ilmu pengetauan dalam Al-Qur’an (Islam). Al-Qur’an selalu memerintahkan kepada
manusia untuk mendayagunakan potensi akal, pengamatan , pendengaran, semaksimal
mungkinan manusia yang dikumpulkan melalui proses pengkajian dan dapat diterima
oleh rasio. Pendapat lain menyatakan bahwa ilmu pengetahuan merupakan gambaran
atau keterangan yang lengkap dan konsisten tentang fakta-fakta pengalaman
manusia yang disusun dengan metode-metode tertentu dan menggunakan istilah-istilah
yang disederhanakan (Nata, 1996: 99).
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dari pemaparan diatas, dapat
disimpulkan:
1.
Al-Qur’an Hadits adalah sumber pokok
ajaran islam dan merupakan rujukan umat islam dalam memahami segala aspek yang
ada dalam kehidupan, dimana Al-Qur’an sebagai rujukan utama yang berasal dari
Allah SWT yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW mealui malaikat Jibril dan
Hadits sebagai rujukan yang menguatkan dan menegaskan ilmu yang terdapat dalam
Al-Qur’an.
2.
Pengetahuan merupakan konsep ilmu yang
terdapat dalam kehidupan merupakan hasil dan ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu.
3.
Burhanuddin salam, mengemukakan bahwa
pengetahuan yang dimiliki manusia ada empat, yaitu:
a.
Pengetahuan biasa, yakni pengetahuan
yang dalam filsafat dikatakan dengan istilah common sense, dan sering diartikan
dengan good sense, karena seseorang memiliki sesuatu dimana ia menerima secara
baik. Common sense diperoleh dari pengalaman sehari-hari seperti air dapat
dipakai untuk menyiram bunga, makanan dapat memuaskan rasa lapar, musim kemarau
akan mengeringkan sawah, dsb.
b.
Pengetahuan ilmu, yaitu ilmu sebagai
terjemahan dari science. Ilmu dapat merupakan suatu metode berpikir secara
objektif untuk menggambarkan dan memberi makna terhadap dunia faktual.
Pengetahuan yang diperoleh dengan ilmu, diperolehnya melalui observasi,
eksperimen, klasifikasi. Seperti bumi berputar pada porosnya, air termasuk
unsur penting dalam organ tubuh manusia, dst.
c.
Pengetahuan filsafat, yaitu pengetahuan
yang diperoleh dari pemikiran yang bersifat kontemplatif dan spekulatif.
Pengetahuan filsafat lebih menekankan pada universalitas dan kedalaman kajian
tentang sesuatu. Kalau ilmu hanya pada satu bidang pengetahuan yang sempit dan
rigid, filsafat membahas hal yang lebih luas dan mendalam. Seperti apa hakikat
manusia, hakikat tuhan, mengapa diciptakan manusia, dst. Itu merupakan
pemikiran filsafat.
d.
Pengetahuan agama, yaitu pengetahuan
yang hanya diperoleh dari Tuhan lewat para utusan-Nya. Pengetahuan agama
bersifat mutlak dan wajib diyakini oleh para pemeluk agama dan mengandung
beberapa hal pokok yaitu ajaran tentang cara berhubungan dengan Tuhan. Selain
itu, iman kepada Hari Akhir merupakan ajaran pokok agama dan sekaligus
merupakan ajaran yang membuat manusia optimis akan masa depannya.
4.
Korelasi ilmu pengetahuan dan Al-Qur’an
yaitu:
Ayat- ayat Al-Qur’an
yang mewujudkan iklim ilmu pengetahuan yang telah melahirkan pemikir-pemikir
dan ilmuwan-ilmuwan Islam dalam berbagai disiplin ilmu. “tiada yang lebih baik
dituntun dari suatu kitab akidah (agama) menyangkut bidang ilmu kecuali anjuran
untuk berpikir, serta tidak menetapkan suatu ketetapan yang menghalangi umatnya
untuk menggunakan akalnya atau membatasinya menambah pengetahuan selama dan
dimana saja ia kehendaki. Inilah korelasi pertama dan utama antara Al qur’an dan
ilmu pengetahuan. Korelasi kedua dapat ditemukan pada isyarat-isyarat ilmiah
yang tersebar dalam sekian banyak ayat Al qur’an yang berbicara tentang alam
raya dan fenomenanya. Isyarat-isyarat tersebut sebagiannya telah diketahui oleh
masyarakat. Namun apa yang mereka ketahui itu masih sangat terbatas dalam
perinciannya
5.
Pada hakekatnya Al- Qur’an adalah kitab
induk, rujukan utama bagi segala rujukan, sumber dari segala sumber, basis bagi
segala sains dan ilmu pengetuhan, sejauh mana keabsahan ilmu harus diukur
standarnya adalah Al-Qur’an yang diperkuat oleh hadits. Ia adalah buku induk ilmu pengethuan,
di mana tidak ada satu perkara apapun yang terlewatkan (Baiquni, 1983: 1),
semuanya telah terkafer di dalamnya yang mengatur berbagai aspek kehidupan
manusia, baik yang berhubungan dengan Allah (Hablum minallah); sesama manusia
(Hablum minannas); alam, lingkungan, ilmu akidah, ilmu sosial, ilmu alam, ilmu
emperis, ilmu agama, umum dan sebagaianya. Lebih lanjut Achmad Baiquni
mengatakan, “sebenarnya segala ilmu yang diperlukan manusia itu tersedia di
dalam Al-Qur’an”.
B.
Saran
Semakin
intensif manusia menggali Al-Qur’an dan Hadits maka akan semakin banyak pula
isyarat keilmuan yang di dapatkan, sehingga manusia dapat terlepas dari masa
kebodohan.
DAFTAR
PUSTAKA
A
Baiquni. 1983. Islam dan Ilmu Pengetahuan
Modern. Bandung: Pustaka.
Abuddin
Nata. 1996. Al-Qur'an dan Hadits (Dirasah
Islamiyah I). Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Al-Fajlur
Rahman. 1989. Al-Qur'an Sumber Ilmu Pengetahuan,
terjemah Prof. HM. Aripin, M.Ed. Jakarta: Bina Aksara.
Al-Qur’an
Maghfirah.
http://www.geocities.com/arman_syah/
M.
Dawam Rahardjo. 2002. Ensiklopedi
Al-Qur’an Tafsir Sosila Berdasarkan Konsep-konsep Kunci. Paramadina.
M.
Idris A. Shomad M.A. 2005. Al-Qur’an Sebagai Wahyu Ilahi Dalam Jurnal
Kajian Islam Al-Insan. Jakarta.
Tim
Badan Litbang dan Diklat Lajnah Pentashihan Mushaf al-Qur’an. 2008. Tafsir al-Qur’an Tematik: Al-Qur’an dan
Pemberdayaan Kaum Duafa. Jakarta: Departemen Agama RI
Tidak ada komentar:
Posting Komentar